Kehilangan Gio membuat Dayanara begitu kalut. Pikirannya terus dipenuhi dugaan-dugaan terburuk yang mungkin dialami putranya. Hal itu membuat Dayanara bersikeras ingin segera mengejar pria-pria bengis yang menculik anak kesayangannya. Dia merasa tak tenang bila harus berdiam diri tanpa melakukan sesuatu.
Rencana kembali melakukan perjalanan menuju Pulau Gagak pun tertunda. Jared, Azel, serta lainnya hanya mengikuti Dayanara, hingga wanita yang selama ini dianggap sebagai pemimpin itu meminta berpisah.
"Kalian tetap pergi saja ke Pulau Gagak," perintah Dayanara.
Sambil berjalan di sebelahnya, Jared bertanya, "Kamu gimana?"
"Aku ga bisa pergi tanpa Gio. Kalian pergilah ...." Dayanara menghentikan langkah. Dia meminta agar Jared dan yang lain tak mengikutinya.
"Kami ga bisa pergi tanpa kamu," Jared menolak.
"Di sini bahaya. Kalian liat sendiri. Selain cuaca ekstrim, orang-orang itu begitu bengisnya. Kita ga tau ada berapa banyak orang seperti itu!" Dayanara berkata dengan meninggikan nada suaranya.
Masih berdiri di hadapan Dayanara, Jared membalas perkataan Dayanara. "Lalu gimana dengan kamu? Kamu ga bisa menghadapi orang-orang itu sendirian."
Belum sempat kembali menimpali ucapan Jared, tiba-tiba terdengar teriakan beberapa orang.
"Jangan! Tolooong ...."
Dayanara dan yang lain pun saling berpandangan, lalu segera berlarian untuk mencari sumber suara. Beberapa meter mengikuti teriakan orang-orang yang meminta tolong, mereka pun menemukan tiga orang pria berbadan tinggi besar sedang menyiksa seorang pemuda. Di sebelahnya, ada lelaki tua dan dua orang gadis yang terlihat begitu ketakutan.
BUG!
Tendangan demi tendangan menghantam perut pemuda yang kini berlumuran darah. Pria-pria berjaket hitam yang menyiksannya justru terlihat begitu menikmati apa yang dilakukan. Mereka meledek dan tertawa.
"Rasain! Terima, nih!"
BUG!
Melihat perlakuan tersebut, Mason segera berlari dan menghantamkan tongkatnya ke pria-pria itu. Begitu pula dengan Jared. Dia langsung melangkah cepat, mengepalkan tinjunya, lalu mendaratkan di pipi salah seorang dari pria bengis itu.
BUG!
"Siapa kalian?!" Pria-pria itu pun tampak terkejut. Namun, langsung membalas serangan-demi serangan yang dilayangkan Mason dan Jared. Perkelahian imbang terjadi.
Lea dan Azel segera membantu orang-orang yang sepertinya memang membutuhkan pertolongan. Terdapat luka-luka di wajah mereka. Pakaian yang dikenakan pun begitu lusuh. Mereka terlihat seperti telah melewati banyak hal yang tidak menyenangkan.
Beberapa saat saling beradu kekuatan fisik, tiga orang pria yang semula begitu merasa super power kini tak berdaya. Jared dan Mason berhasil melumpuhkan mereka.
BUG!
Satu hantaman keras di pipi salah seorangnya membuat yang lain menghentikan gerakan. Wajah mereka telah babak belur. Luka-luka yang kini menghias terlihat begitu menyiksa mereka.
"Ampun ...." Salah seorang pria memohon agar Mason menghentikan tindakan kasar yang melukainya.
Dayanara menatap mereka, lalu menarik dagu salah seorangnya. "Tau D-Project?"
Pria yang kelopak matanya begitu membengkak itu tak menjawab. Dia hanya menatap Dayanara. Hal itu membuat sikap Dayanara yang semula tenang, kini berubah.
BUG!
"Tau D-Project?!" bentak Dayanara setelah menambah luka di wajah pria itu dengan tinjunya.
"Ta-tau ... tau," jawab pria itu tergagap.
Dayanara membelalakkan matanya. "Di mana mereka?!"
"Di-di—"
Belum menjawab pertanyaan Dayanara, tiba-tiba saja suhu yang semula normal seketika menjadi panas.