Putihnya awan perlahan menyibak warna langit yang beberapa saat lalu begitu kemerahan. Sedikit demi sedikit, siksa pada tubuh akibat suhu panas yang datang secara tiba-tiba mulai berkurang. Penglihatan yang sempat terganggu pun kini teratasi, karena cuaca telah kembali cerah.
Dayanara, Azel, dan Mason yang sempat bersembunyi di sebuah bangunan untuk melindungi diri mulai kembali melangkah. Mereka tak ingin menyia-nyiakan waktu. Meski yakin apa yang sedang dituju adalah sarang bahaya. Namun, ketiga orang itu begitu bertekad untuk menyelamatkan Gio.
Mereka mengikuti arah pada peta yang digambar Caputo. Selama perjalanan yang cukup jauh ditempuh, beberapa kali cuaca berubah secara tiba-tiba. Hal itu membuat tubuh ketiganya mulai kepayahan.
Peluh mengucur di kening Azel. Sambil terus berjalan, dia mengusapnya. "Masih jauh, ya?"
"Sedikit lagi." Juga terlihat kelelahan. Namun, langkah Dayanara belum juga melambat. Dia berjalan di depan Mason dan Azel.
Hari pun mulai gelap. Mason menyarankan untuk istirahat sejenak, karena melihat Azel begitu kepayahan. Pemuda bertubuh kurus itu membenarkan. "Kita istirahat dulu, Daya."
Dengan berat hati karena sangat mengkhawatirkan putranya, Dayanara yang melihat Azel begitu kelelahan pun akhirnya setuju untuk berhenti sejenak. Mereka mengistirahatkan diri di sebuah toko serba ada. Terdapat berbagai makanan yang masih dapat dikonsumsi. Ketiganya pun menyempatkan diri mengisi perut. Lumayan lama mengalami kesulitan memperoleh makanan, ketika mendapatinya, mereka menikmati dengan begitu lahap.
Sekitar lima jam menunda perjalanan, energi ketiganya pun mulai terkumpul. Mereka kembali melanjutkan tujuan awal, yaitu menyelamatkan Gio.
Tiba di lokasi yang diarahkan oleh Caputo, benar seperti apa yang dikatakannya, organisasi ini beranggotakan orang-orang bertubuh kuat. Di sekitar gedung, terlihat beberapa pria dan wanita berbadan tegap. Mereka jelas merupakan manusia-manusia yang memiliki ketangguhan fisik.
Bersembunyi di balik sebuah truk sambil mengintai, Azel bertanya, "Gimana ini? Apa yang harus kita lakukan?"
Berpikir sejenak, Dayanara berkata, "Mason, kamu bisa menyamar. Coba menawarkan diri menjadi bagian dari mereka. Kata Caputo mereka butuh orang-orang kuat, kan? Mungkin kamu akan diterima."
Pria yang perawakannya tak jauh beda dari para anggota organisasi D-Project itu mengangguk. Tanpa banyak tanya, dia menyetujui segala arahan Dayanara. Menurut rencana, Mason akan mencoba masuk untuk mencari tahu apakah Gio ada di dalam gedung itu atau tidak. Bila benar ditemukan, Dayanara dan Azel akan mencari celah untuk dapat masuk.
Melangkah sambil mengangkat kedua tangannya, Mason berteriak, "Saya ingin jadi anggota kalian!"
Beberapa pria dan wanita yang semula sedang berkerumun pun menoleh. Melihat Mason semakin mendekat, orang-orang itu mengarahkan senjata api.
"Siapa kamu?!" tanya salah seorangnya.
Mason berkata bohong. "Selama ini saya mencoba bertahan hidup sendiri. Sekarang saya ingin jadi anggota D-Project!"
Seorang pria mendekat, "Gimana caramu selama ini hidup?!"
Masih mengangkat kedua tangannya, Mason menjawab, "Dari bangunan ke bangunan. Saya terus bersembunyi."
"Hei ... saya tau orang ini! Dia yang berkelompok dengan anak yang baru aja kita culik," ucap salah seorang pria sambil menarik dagu Mason.