Escape

Momo Shiny
Chapter #11

Bab 11. Gagak Penolong

Angin dingin dan salju yang masih saja berjatuhan, kini terhalau oleh perlindungan dari burung-burung gagak yang menutupi Dayanara, putranya, serta Mason dan Azel. Tubuh mereka yang semula hampir membeku, kini mulai menghangat. Kesadaran pun kembali terjaga.

Dari sela-sela sayap gagak, Dayanara melihat sebuah jeep yang kuncinya masih menempel pada tempatnya. Tak membuang kesempatan, dia pun segera menyusun rencana dan menyampaikannya ke Mason serta Azel. Meski masih bingung terhadap kejadian aneh berkaitan dengan burung-burung gagak. Namun, Dayanara merasa harus melakukan tindakan perlindungan diri lain. Bila saja cuaca dingin telah lewat, bisa jadi para pria bengis yang masih di dalam gedung akan langsung menyerang. Untuk itu, dia segera mengambil kesempatan untuk kabur, selagi ada.

Mason berusaha melepaskan diri dari ikatan pada pergelangan tangannya. Namun, tak berhasil. Tali yang terkait terlalu besar. Tak hanya dirinya, Azel pun mencoba. Tidak menggunakan kekuatan, tetapi dia justru berhasil melepaskan diri. Tangannya yang kurus dapat lolos dari ikatan yang melonggar ketika digerak-gerakkan.

Telah terbebas, dia pun segera melepas ikatan pada tangan Dayanara dan Mason. Segala pergerakan yang mereka lakukan tidak dapat dilihat oleh pria-pria yang menangkap mereka karena burung-burung gagak masih menutupi. Mereka pun dapat bergerak dengan leluasa.

Menjalankan rencana selanjutnya, Dayanara bergerak terlebih dahulu menuju mobil Jeep yang berjarak sekitar 20 meter darinya. Disusul Mason yang menggendong Gio, lalu Azel. Tak lama setelah keempat orang itu berlarian, burung-burung gagak pun kembali beterbangan.

Melihat pergerakan mereka, pria-pria dari dalam gedung pun saling berteriak, "Hei! Mereka kabur!"

Dayanara segera menghidupkan mesin Jeep, lalu melajukan kendaraan itu.

"Berhenti ...." Beberapa pria nekat menerpa angin dan salju untuk untuk mengejar.

Namun, Jeep bergerak semakin cepat.

DOR!

Suara tembakan terdengar. Pria-pria itu menarik pelatuk senjata api ke arah Jeep. Beberapa meleset. Namun, tiba-tiba saja ...

"Aaaggg ...." Azel berteriak.

Bahunya tertembak. Pemuda itu pun langsung merintih kesakitan. Darah mengucur di punggung menodai kaos putih yang dikenakannya.

"Mama, Azel tertembak!" Gio pun mendadak khawatir.

Mason menutupi luka di punggung Azel dengan tangannya. "Tahan ...."

"Aaaggg ...." Azel pun terus berteriak kesakitan.

Semakin cepat Dayanara melajukan kendaraan untuk menghindari tembakan demi tembakan yang masih mengikuti pergerakan Jeep. Rasa siksa pada tubuh karena cuaca dingin belum juga berganti cerah, ditambah ketakutan terkejar, serta khawatir terhadap Azel berbaur menjadi satu. Namun, Dayanara tetap fokus. Dia terus menyetir menuju suatu tempat yang dirasa akan aman.

Cukup jauh berkendara, melihat sebuah klinik dokter hewan, Dayanara pun menghentikan kendaraannya. Dia segera membantu Azel turun. "Ini klinik, mungkin ada alat-alat P3K."

"Aaaggg ...." Azel masih merintih kesakitan. Wajahnya mulai pucat.

Mason membantunya ."Ayo, cepat!"

Tiba di depan klinik, ternyata pintu terkunci. Denan disertai kepanikan, Dayanara pun terus menggedor-gedornya. "Hei ... ada orang di dalam?!"

Tak lama kemudian, pintu terbuka sedikit. Suara seorang perempuan terdengar. Dia seperti menaruh curiga. "Siapa kalian?"

Lihat selengkapnya