Jeep yang dikendarai Dayanara terus melaju hingga bahan bakarnya menipis. Sekitar 200 km dia sudah berusaha menjauhi pria-pria bengis yang telah merenggut nyawa Dania. Hari mulai gelap. Sinar matahari yang semula mendampingi perjalanan kini perlahan meredup. Dayanara yang sedikit yakin situasi telah aman pun memutuskan untuk berhenti.
"Kita istirahat dulu," ucap Dayanara sambil menoleh ke belakang.
Mengedarkan pandangannya, Gio berkata, "Mama lihat, ada helikopter."
Dayanara dan yang lain menatap ke arah yang ditunjuk oleh Gio. Terlihat sebuah helikopter di tanah lapang. Pada sisi kanannya, berjarak sekitar 15 meter dari alat transportasi udara itu terdapat cerobong asap.
Dayanara sempat merasa heran, Mengapa ada cerobong asap di tanah lapang?
"Boleh aku liat helikopter itu? Aku belum pernah liat helikopter dari dekat. Boleh ya, Ma?" pinta Gio.
Dayanara tak menjawab. Dia memandang ke sekeliling. Apa yang tertangkap oleh indra penglihatannya hanyalah tanah lapang yang sedikit ditumbuhi rumput-rumput liar.
Azel yang juga memperhatikan sekeliling mengaku ragu bila harus istirahat di tempat ini. "Daya, kita berhenti di sini? Gimana kalo cuaca tiba-tiba berubah? Ga ada tempat berlindung di sekitar sini."
Dayanara menimpali, "Mesin Jeep ga kuat lagi. Kalo dipaksakan melaju, bisa mati total. Kita istirahatkan mesinnya sebentar saja."
Belum mendapat jawaban, kembali Gio meminta izin. "Mama, aku ke helikopter itu, ya? Sebentar aja. Please ...."
Merasa situasi di sekitar terlihat aman, Dayanara pun mengizinkannya. "Jangan lama-lama. Kita hanya sebentar di sini."
"Iya! Aku sebentar aja lihatnya!" Begitu bersemangat, bocah itu pun berlari ke arah helikopter yang berjarak sekitar 20 meter dari lokasi Jeep terparkir.
Menyandarkan bahunya ke jok Jeep, Dayanara mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Mason turun, lalu melakukan peregangan pada tangan dan kaki. Sedangkan Azel, dia masih diam pada posisi duduknya di atas Jeep sambil memangku Jossie. Dia terus mengamati sekeliling. Mengawasi bila sewaktu-waktu bahaya menghampiri.
Beberapa saat telah menghentikan laju kendaraan di tempat yang terbilang sepi, tiba-tiba kesunyian terisi oleh suara teriakan.
"Aaaggg ... Mamaaa ...." Gio menjerit memanggil ibunya.
Sontak semua terkejut dan langsung menoleh ke arah helikopter. Bergegas Dayanara turun dari Jeep dan langsung berlari. Begitu pula yang dilakukan Mason. Mereka berdua seperti adu cepat mencapai posisi di mana Gio berada.
"Gio ... Giooo ...." Dipenuhi kekhawatiran akan adanya bahaya, Dayanara memanggil-manggil terus berlari cepat sambil memanggil putranya.
Langkah cepat Dayanara dan Mason terhenti ketika menemukan Gio berada dalam dekapan seorang pria dewasa. Orang itu mengapit tubuh Gio dengan lengannya hingga terangkat.
"Mama ...." Gio terlihat ketakutan.
Dengan berhati-hati, Dayanara berusaha meminta, "To-tolong lepaskan anak saya. Lepaskan dia."
Pria berkacamata itu hanya mengamati Dayanara dan Mason dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia tak bereaksi dengan kata-kata.
"Saya mohon. Tolong lepaskan anak saya. Kami akan segera pergi. Sekarang juga kami pergi." Kembali Dayanara meminta agar pria itu melepaskan putranya.
"Siapa kalian?" tanya pria itu.
"Ka-kami hanya lewat. Anak saya cuma ingin liat helikopter itu sebentar." Dayanara masih mencoba berhati-hati ketika menyampaikan maksud.
Pria itu menurunkan Gio. Menggenggam tangan bocah itu, dia menatap tajam dan bertanya, "Kenapa mau liat helikopter milik saya?"
"A-aku belum pernah liat helikopter. Cuma mau liat," jawab Gio takut-takut.
Segala ketakutan mendadak sirna, ketika pemuda itu tiba-tiba saja melemparkan senyum. Dia bahkan menggotong tubuh Gio ke bahunya, lalu menaikkan bocah itu ke helikopter. "Sini! Liat dalamnya."
Danayara dan Mason saling menatap. Meski pria itu tidak menunjukkan gerak-gerik yang berbahaya. Namun, mereka masih waspada. Mason pun tetap memasang kuda-kuda untuk bersiap menyerang bila diperlukan.
"Kenalin, ini Helena, dia sahabat sejati saya. Mesinnya GEM/RR 1004, bertenaga 900 shp. Kamu tau ini tombol apa aja?" Pria itu bertanya kepada Gio yang saat ini duduk di kursi kemudi.