Sara tak lagi bernyawa. Dia telah pergi meninggalkan buah hati yang berhasil diselamatkan oleh Maki. Tangis bayi yang masih berlumur darah pun terdengar nyaring. Maki hanya mampu mendekapnya erat.
Maki memberi nama anak laki-laki Sara dengan sebutan Forest, karena bayi itu lahir di hutan. Butuh pengorbanan ketika dia berusaha menjaga agar Forest tetap aman. Beberapa kali hewan liar hendak menerkam. Namun, berhasil diselamatkan. Meski hingga membuat dirinya sendiri terluka. Maki berjuang keras melindungi titipan Sara.
Berbagai pengetahuan yang diterima dari kakeknya kini banyak berguna. Dia memanfaatkan kekayaan alam untuk dapat menjaga Forest tetap hidup. Maki yang sebelumnya tidak peduli terhadap orang-orang di sekitar, kini merasa memiliki tanggung jawab yang harus diemban. Dia pun mulai menyayangi Forest bagai kepada anak sendiri.
Tiga puluh Purnama telah dilewati, tetapi belum juga ada pertanda bantuan datang. Maki menduga Dayanara dan kawan-kawan tak berhasil mencapai daratan lain, bahkan mungkin mereka tidak selamat. Dia pun mulai pasrah. Tak lagi menanti. Kini dia hanya berusaha bertahan hidup dan menjalani hari-hari di Pulau Gagak berdua dengan Forest. Begitu sepi, tetapi mulai merasa terbiasa.
Hari itu, Maki duduk di tepi pantai sambil memandangi matahari yang hampir tenggelam. Dari langit, terlihat sebuah benda yang perlahan mendekat. Dia pun menegaskan pandangan. Hanya dalam hitungan detik, tiba-tiba saja.
BRUG!
BYUR!
Benda tersebut tenggelam. Sesaat tak terlihat, tak lama kemudian muncul di permukaan laut. Maki pun bergegas mendekat ke tepi pantai untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya. Sambil tetap menggendong Forest, dia berlari.
Beberapa saat hanya mengamati benda yang terus mengapung di permukaan air laut, Maki mulai melihat pergerakan. Dari kejauhan, terlihat sosok manusia yang sedang berusaha berenang ke pinggir pantai. Tak hanya satu, tapi ada tiga orang dewasa, serta satu anak kecil. Semakin mereka mendekat, Maki merasa mengenali salah seorangnya.
Dia melihat pria tinggi besar yang menggendong seorang bocah. "Mason."
Pria itu melangkah menerjang ombak pantai yang sesekali menarik tubuhnya ke lautan.
Maki terkejut sekaligus senang melihatnya. Dia lalu meneriaki, "Mason ... Azel ...."
Tak melangkah menghampiri, Maki hanya menanti di tepi pantai sambil melambaikan sebelah tangannya. Azel yang saat itu basah kuyup melakukan hal yang sama.
"Maki ... kami kembali ...." Azel berteriak.
Sambil menggendong Jossie, Azel mengerahkan tenaga pada kakinya untuk menerobos ombak. Dia menghampiri Maki. Tiba di depan Maki, dia segera mendekap gadis muda berambut pendek itu.
"Kalian kembali." Maki membalas dekapan Azel diiringi senyum lebar.
Seolah merasa terganggu ketika terapit di antara tubuh Maki dan Azel, Forest pun menangis. Suara jeritannya begitu memekkakan telinga, hingga Azel mundur. Dia melepaskan dekapannya pada Maki.
Azel memperhatikan bayi itu. "Ini?"