Blurb
"Jati, rakitlah kapalmu sendiri." Pinta Bapak setelah ia dan anaknya memandangi berbagai kapal di dermaga yang menjadi objek pemandangan sunset Laut Merak, "Buat yang kuat, sekuat salah satu kata di namamu." tegas Bapak dengan menepuk bahu Jati pelan seolah baru saja menyalurkan pesan tadi sebagai amanah bagi anak sulungnya
Kala itu, Jati tidak sepenuhnya memahami maksud Bapak, tapi ia selalu mengingat kalimat itu dalam diri, ingatan, dan hatinya. Seolah telah terpatri kuat dan menjadi dasar energinya untuk mengarungi kehidupan yang akan datang. Jati sungguh tidak pernah melupakan kalimat itu.
***
Tahunan berlalu, Jati akhirnya menyadari satu hal. Bapak benar. Ia harus merakit kapalnya dengan kuat untuk mengarungi lautan yang tidak selamanya tenang. Banyak hal terjadi di dimensi itu. Ombak, badai, laut pasang dan berbagai hal lain bisa datang kapan pun hingga membuat sebuah kapal terancam ternggelam, atau sebaliknya bertahan.
Berbekal pesan tersebut, Jati melayarkan kapalnya meskipun berkali-kali ia harus terombang ambing di kehidupannya sendiri. Jati sungguh mengira bahwa kapalnya mampu mengarungi semua badai di kehidupannya, Ternyata ia salah. Ia akhirnya menyadari bahwa terdapat satu hal yang tidak mampu ia hadapi, yaitu konflik batinnya sendiri.