ESENSI SEBUAH KAPAL

kingsleigh
Chapter #2

Tyas

Rumah yang saat ini ditempati Jati hanya berjarak sekitar 10 meter dari Pasar Kedungjati, tidak heran suasana ramai begitu terasa di sekitar rumahnya. Hal itu yang membuat ibu selalu menyempatkan diri untuk berbelanja di pagi hari. Jati mengikuti langkah ibu menyusuri lorong-lorong pasar yang ramai. Ia bertugas untuk membawakan barang belanjaan. Para pedagang berjualan pada sepetak ruang terbuka yang hanya bersekat papan. Mereka menjual kelontong, baju, sembako, sayur-sayuran, jajanan pasar, dan lain sebagainya. Beberapa pedagang yang diketahui merupakan teman masa kecil Ibu menyapa Ibu dengah sangat ramah, yang disapa kemudian menyapa balik dan berbincang sebentar ala kadarnya ibu-ibu pada umumnya.

Ibu dan Jati kemudian berjalan menuju seorang wanita paruh baya di bagian ujung pasar sebelah timur, wanita itu menjual lempok, makanan khas Kabupaten Grobogan.

Kalih mawon nggih, Bu.” Pinta Ibu.

Nggih, Bu.” Jawab si penjual dengan nada bicara begitu ramah.

Si wanita penjual tampak menyiapkan daun jati sebagai bungkus, lalu menumpuk 3 lapis lempok, menaburinya urap sambal kelapa dan membungkus daun jati itu dengan setangkai kayu kecil sebagai pengganti stapler. Sementara si wanita penjual membuat sebungkus lempok lainnya, Jati memandangi seorang gadis kecil yang duduk di samping penjual tersebut, gadis itu tampak melihat ke arah dua buah lollipop di kantong Jati tanpa berkedip. Umur Jati saat itu masih tujuh tahun, namun ia cukup memahami arti pandangan gadis yang menginginkan lollipop tersebut. Belum sempat Jati membagi lollipop-nya, Ibu telah lebih dulu mengajak Jati pulang setelah membayar pesanannya kepada si wanita penjual.

Sesampainya di rumah, Jati dan ibu langsung memakan lempok itu secara bersamaan di ruang tengah. Jati menikmati makanan itu sebagaimana ibu juga sangat menyukainya sejak kecil. Rasa sambal urap kelapa mendominasi rasa yang dikecap di dalam lidah, lempok itu dimakan langsung tanpa sendok dan hanya menggunakan tangan, daun jati sebagai pembungkus juga berhasil membuat kesan unik saat memakannya. Ibu tersenyum senang melihat Jati lahap memakan dan bertanya,“Mas suka?”

Jati mengangguk sambil memasukkan potongan lempok ke mulutnya. Hanya dalam waktu sekitar enam menit hingga lempok Jati telah habis tak bersisa, ia lalu berpamitan kepada Ibu untuk membeli satu bungkus lempok lagi. Ibu hanya tersenyum dan mengizinkan. Jati cerdik sekali, selain karena ia menyukai makanan tersebut, izinnya juga dimaksudkan supaya ia dapat kembali dan menemui gadis tadi untuk membagi lollipop-nya.

Setengah berlari Jati keluar dari rumah dan pergi menuju pasar, ia mencoba mengingat jalan dimana lokasi si penjual lempok lempok karena area pasar cukup luas dan ramai sehingga tidak mudah untuk menerka jalan, terutama bagi pendatang baru seperti Jati kecil.

Lihat selengkapnya