ESENSI SEBUAH KAPAL

kingsleigh
Chapter #3

Kuntum Mawar

Kedungjati, 2009

Pendapat mengenai hakikat waktu tersebar di pikiran setiap insan yang kebanyakan tengah memaknai detik yang sedang ia jalani. Seperti air yang terus mengalir, sesuatu yang misterius, hal yang terikat kuat dengan setiap manusia hingga eksistensinya yang jarang disyukuri lantaran manusianya sendiri bahkan tidak menyadari dirinya tengah berdampingan dengan waktu.

Hakikat itu juga terjadi pada Jati. Dalam konteks kebahagiaan, sembilan tahun terasa begitu cepat ketika dijalani dan diwarnai dengan rasa suka cita yang diciptakan setiap harinya. Hal itulah yang terjadi pada kedua insan bersahabat ini. Jati dan Tyas telah menghabiskan masa SD dan SMP bersama, kini keduanya tengah duduk di bangku kelas delapan dan telah sedikit demi sedikit melakukan persiapan menuju jenjang sekolah SMA.

Kebanyakan orang berasumsi bahwa 2 insan berupa laki-laki yang bersahabat dengan seorang perempuan tidak menimbulkan perasaan cinta diantara mereka merupakan suatu kemustahilan. Keabsahannya mungkin kontroversial untuk ditetapkan, namun Jati adalah salah satu yang terjebak dalam ungkapan itu. Jati telah jatuh cinta pada Tyas.

***

Ada salah satu tradisi di Kedungjati yang membuat sore menjelang malam jalan raya gubug ramai dan padat. Agenda pasar malam yang dilaksanakan tepat sebelum Hari Raya Idul Fitri. Pada agenda tersebut, banyak sekali pedagang baik yang berasal dari Kecamatan Kedungjati maupun pendatang dari wilayah lain di Kabupaten Grobogan membuka tikar dan gerobak di sepanjang 1 kilometer jalanan, mulai dari toko kelontong Mbah Bas hingga beberapa meter jalanan sebelum palang rel kereta api.

Banyak anak kecil begitu riangnya bergerombol menjajakan uang sakunya untuk dibelikan mainan seperti petasan, kembang api, kapal mainan berbahan bakar minyak tanah, alat masak-masakan yang terbuat dari tanah liat dan berbagai macam mainan lainnya. Tidak sedikit pula para pendatang dari kota yang juga ikut meramaikan, mereka membelikan mainan anak dalam gendongannya dengan harga mahal tanpa harus ditawar, beruntung sekali pedagang-pedagang itu.

Beberapa pedagan juga tampak menjual bunga mawar baik yang yang bertangkai maupun sekeranjang kelopaknya untuk keperluan nyekar penduduk sekitar esok hari. Di hari lebaran, masyarakat di Kecamatan Kedungjati melakukan tradisi nyekar ke pemakaman keluarga mereka. Salah satu pemakaman yang ramai adalah Makam Gajiyan yang terletak di gang seberang toko kelotong Mbah Bas. Hal itu juga yang akan dilakukan oleh Ibu dan keluarga besarnya esok hari, untuk nyekar ke makam kedua orang tua Ibu yang telah pergi mendahului.

Ibu meminta Jati untuk membeli sekeranjang kelopak bunga mawar untuk keperluan besok, hanya dengan selembar uang lima ribu rupiah, Jati bisa mendapatkan sekeranjang kelompak bunga mawar berwarna pink dan putih. Disampingnya, Tyas dengan sengaja mengambil 5 tangkai bunga mawar putih serta 5 tangkai bunga mawar merah dan membayarnya. Ia lalu meletakkan seluruh tangkai bunga itu ke keranjang Jati.

Lihat selengkapnya