"Ayu Arum Kemala."
Bukan lagi menjadi sesuatu yang asing, di program studi yang mayoritas mahasiswanya adalah laki-laki, mahasiswi akan secara otomatis menjadi kaum yang sangat dimuliakan ‘keberadaannya’.
Belum lagi tradisi turun temurun yang menjadikan salah satu mahasiswi sebagai icon bidadari setiap angkatan. Julukan bidadari angkatan ini disematkan bagi mahasiswi yang ketika namanya dipanggil, semua mata akan berpaling memandanginya, mahasiswi yang ketika berjalan di lorong ruang kelas, seluruh mata kaum adam akan melirik seolah terbius oleh cantik parasnya, seperti mahasiswi yang namanya baru saja terpanggil oleh seorang panitia kaderisasi di lapangan fakultas, area tetap kaderisasi prodi perkapalan.
"Hadir."
Suara si pemilik nama yang khas seolah langsung terekam ditelinga para kaum adam.
“Kenapa kamu nggak ikat rambut?” Seorang senior dengan name tag panitia bertuliskan Genta, Komisi Disiplin bertanya dengan suara tinggi, melihat Kemala yang hanya menunduk diam ketakutan, ia lalu membentaknya, “Kan udah jelas di peraturannya! Ikat rambut di wilayah kaderisasi!”
Kemala hanya menjawab pelan, “M.. Maaf, Kak.”
"Laki-laki pasang posisi push up, perempuan posisi sit up! Laki-laki 25 kali, perempuan 15 kali.” Genta lalu memerintah dengan suara keras.
Satu kesalahan yang terjadi, seangkatanlah penerima hukumannya. Tradisi.
"Siap" Jawab seluruh mahasiswa baru yang berisikan 45 orang laki-laki dan 5 orang perempuan itu.
Bukan tanpa sebab penetapan hukuman secara serentak tersebut dilakukan. Hal itu merupakan salah satu upaya untuk membentuk kekompakan angkatan.
Selain melaksanakan hukuman secara serentak, salah satu tradisi masa kaderisasi prodi teknik perkapalan adalah untuk memiliki foto angkatan di dua spot khas Kota Semarang dengan dresscode pakaian berwarna putih. Para formatur angkatan lantas berdiskusi yang menetapkan monumen lawang sewu sebagai salah satu spot foto karena lawang sewu merupakan salah satu bangunan bersejarah yang menyimpan banyak peninggalan di masa kolonial.
Di hari pelaksanaan foto angkatan, Jati dan Erzan datang lebih dulu untuk memastikan tiket jumlah pemesanan tiket masuk untuk selutuh anggota. Setengah jam mereka menunggu satu per satu motor berdatangan hingga ia melihat Kemala tiba bersama Gerry. Kemala tengah membuka helmnya ketika Erzan tiba-tiba membuat sebuah pengakuan setelah mengepulkan asap rokoknya. "Jatuh cinta aku, Jat sama Kemala."
Jati tertawa kecil, ia sudah tahu perasaan Erzan sejak hari pertama "Nyatain kalo kamu jantan, Zan."
Gerry datang menghampiri mereka dan langsung menyalakan rokoknya ketika Erzan baru saja menanggapi kalimat Jati. "Banyak monyetnya, Jat. Kating-kating juga pada ngincer dia kali."
“Pada ngobrol apa kalian?” Gerry mencoba bergabung dengan obrolan kedua temannya.
“Erzan cemburu tuh.” Canda Jati.
"Mala, Zan?"