Eternal Adventure : The Forgotten Journey Of The Elves

farjana aranaz
Chapter #6

Jalur Menuju Tahta: Konspirasi dan Pengkhianatan

Di kerajaan Gama yang megah, hari-hari Zanuba Squire Guillemete dipenuhi dengan warna-warni kebahagiaan dan tawa. Pada usia 12 tahun, Zanuba adalah putri yang disayangi oleh banyak orang. Istana yang megah dan berkilauan terletak di tengah taman yang luas, dipenuhi dengan bunga-bunga mekar dan pepohonan hijau yang memberikan rasa damai dan keindahan.

Setiap pagi, saat matahari terbit, Zanuba bangkit dari tempat tidurnya yang empuk. Kamarnya didekorasi dengan lembut dalam nuansa pastel, dan berbagai mainan, boneka, serta buku-buku cerita menambah kehangatan suasana. Harith, pengawal setianya, selalu di sisinya sejak dia masih bayi, akan membantunya bangun.

"Selamat pagi, Tuan Putri," sapaan Harith penuh kehangatan. "Hari ini tampaknya cerah sekali."

Zanuba tersenyum sambil menguap, "Pagi, Harith! Aku tidak sabar untuk bermain di taman hari ini."

Sarapan di istana adalah acara istimewa. Zanuba duduk di meja makan yang megah, dikelilingi oleh makanan lezat yang disiapkan oleh koki istana. Ada buah-buahan segar, roti hangat, dan berbagai hidangan manis yang memanjakan lidah. Raja Sebas Squire Guillemete, ayah Zanuba, duduk di sebelahnya.

"Selamat pagi, putriku," kata Raja Sebas sambil memotong roti. "Bagaimana tidurmu malam tadi?"

"Bagus, Ayah," jawab Zanuba sambil mengunyah buah segar. "Aku mimpi indah tentang burung-burung yang bernyanyi di taman."

"Ah, burung-burung itu pasti ingin menyanyikan lagu khusus untukmu," kata Raja Sebas sambil tersenyum. "Mungkin kita bisa pergi ke taman setelah sarapan."

Mereka melanjutkan sarapan dengan ceria, dan setelah itu, mereka pergi berjalan-jalan di taman istana. Zanuba berlari-lari di sekitar taman, tertawa riang sambil bermain dengan Luna, kuda putih kesayangannya. Harith, yang selalu ada untuk memastikan keselamatannya, sering ikut bermain.

"Ayo, Luna! Ayo cepat!" Zanuba berseru sambil menunggang kuda.

Harith tersenyum melihat mereka, "Hati-hati, Tuan Putri. Jangan terlalu cepat."

Saat sore tiba, istana berubah menjadi tempat yang penuh dengan kehangatan. Zanuba dan Raja Sebas duduk bersama di ruang keluarga, mendengarkan cerita-cerita menarik dari buku.

"Ayah, bisakah kau membacakan cerita tentang ksatria dan naga?" tanya Zanuba dengan penuh antusiasme.

"Tentu saja," jawab Raja Sebas sambil membuka buku cerita. "Sekarang, mari kita mulai dari awal."

Raja Sebas mulai membacakan cerita dengan suara yang lembut dan penuh ekspresi. Zanuba duduk di pangkuannya, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di sela-sela cerita, mereka terkadang tertawa bersama, terutama saat Raja Sebas menambahkan beberapa lelucon lucu untuk membuat Zanuba tertawa.

"Dan ketika ksatria itu melihat naga yang besar dan menakutkan, dia berkata, 'Aku tidak takut pada kau, naga!' Tapi ternyata, naga itu sangat ramah dan hanya ingin berbicara," Raja Sebas menambahkan dengan nada yang penuh humor.

Lihat selengkapnya