Eternal Adventure : The Forgotten Journey Of The Elves

farjana aranaz
Chapter #12

Pertemuan dengan Penduduk Desa Terdekat

Alaric dan Zanuba telah melanjutkan perjalanan mereka setelah petualangan sebelumnya yang melibatkan banyak tawa, sihir, dan kelinci-kelinci lucu. Pagi itu cerah, udara segar mengalir di sekitar mereka, dan bayangan pepohonan rindang memberikan kesejukan sepanjang perjalanan mereka. Alaric, yang biasanya penuh keceriaan dan konyol, berjalan dengan langkah santai, menikmati keindahan alam yang membentang di hadapan mereka. Namun, ekspresi Zanuba masih sedikit murung, meskipun dia mulai lebih banyak berinteraksi dengan Alaric setelah kejadian kelinci-kelinci lucu itu.

"Zanuba, kau terlihat seperti seseorang yang kehilangan semua harta bendanya," kata Alaric dengan nada bercanda, mencoba mencairkan suasana. "Jangan khawatir, jika kau terlalu lama cemberut, angin mungkin akan membawa wajahmu ke arah selatan."

Zanuba hanya menatapnya dengan tatapan kosong, tapi setidaknya kali ini dia tidak sepenuhnya mengabaikan komentar Alaric. "Aku hanya berpikir... tentang semua yang telah terjadi. Dunia terasa terlalu besar untuk seorang gadis kecil sepertiku."

Alaric tersenyum, meskipun Zanuba tidak melihatnya. "Tentu saja, tapi kau punya aku. Dunia ini mungkin besar, tapi aku jauh lebih tua dari dunia ini. Aku bisa memandu kita melewatinya dengan mata tertutup."

Zanuba meliriknya sekilas, akhirnya menampilkan sedikit senyuman. Dia tahu, meskipun kata-kata Alaric selalu dibalut humor, ada kebenaran di baliknya.

Mereka berjalan lagi, sampai akhirnya mencapai sebuah desa kecil yang terlihat damai dari kejauhan. Namun, ketika mereka mendekat, suasana desa itu jauh dari damai. Penduduk desa tampak gelisah, berkerumun di tengah alun-alun desa dengan ekspresi ketakutan dan kemarahan. Beberapa orang memegang tongkat dan alat pertanian, seolah-olah bersiap menghadapi sesuatu yang mengancam.

"Desa ini terlihat... hidup," Alaric berkomentar dengan nada ceria. "Ayo, Zanuba! Mari kita lihat apa yang terjadi. Siapa tahu, mungkin ada festival pelemparan wortel atau sesuatu yang lebih mengasyikkan."

Zanuba, yang sudah terbiasa dengan sikap santai Alaric, hanya menggelengkan kepalanya. "Aku meragukan ada festival di tengah ketakutan seperti itu."

Mereka mendekat ke pusat desa, dan salah satu penduduk desa—seorang pria tua berjenggot putih dengan wajah yang penuh kerutan—segera menghampiri mereka. "Hei, kalian! Apa yang kalian lakukan di sini?" suaranya parau, penuh kecurigaan.

"Kami? Oh, hanya lewat. Aku mendengar ada wortel terbang di sini," jawab Alaric dengan nada bercanda.

Pria tua itu mengerutkan kening, tidak paham dengan humor Alaric. "Tidak ada waktu untuk lelucon! Desa kami sedang dalam bahaya. Bandit-bandit sialan itu akan datang malam ini untuk merampas apa pun yang kami miliki!"


"Bandit? Lagi?" Alaric menghela napas dalam-dalam. "Tampaknya bandit sangat menyukai tempat-tempat kecil seperti ini. Yah, tenang saja, aku—"

Namun sebelum Alaric bisa melanjutkan, seorang wanita setengah baya yang tampak seperti pemimpin desa tiba dan menyela, "Kami tidak butuh bantuan dari orang asing, terutama bukan dari penyihir! Kami tahu apa yang terjadi ketika seorang penyihir datang ke desa kami."

"Penyihir?" Alaric pura-pura terkejut dan meletakkan tangannya di dada. "Aku? Penyihir jahat? Wanita, lihat diriku, aku lebih seperti pedagang keliling yang menjual topi bodoh daripada seorang penyihir jahat."

Namun, penduduk desa tetap waspada, dan bisikan-bisikan mencurigai Alaric mulai terdengar di antara kerumunan.

Lihat selengkapnya