Eternal Adventure : The Forgotten Journey Of The Elves

farjana aranaz
Chapter #16

Kutukan Kota Bayangan

Langit mulai gelap saat Alaric dan Zanuba berjalan melalui kota yang sepi dan terlantar. Meskipun bayangan-bayangan yang mengganggu sudah lenyap, Zanuba tetap tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang menyelimuti tempat ini. Kota ini tampak seperti bayangan dari kejayaannya yang dulu—hampa, kosong, dan dipenuhi aura kesedihan yang sulit dijelaskan.

Saat mereka berdua melanjutkan perjalanan melewati jalanan yang dipenuhi reruntuhan, terdengar suara samar-samar. Bukan suara angin atau bayangan, melainkan suara yang lebih manusiawi—suara tangisan. Zanuba menghentikan langkahnya, telinganya menangkap suara itu dengan jelas.

"Alaric, kau dengar itu?" tanya Zanuba, suaranya berbisik.

Alaric berhenti sejenak, matanya menyipit, mencoba mendengarkan lebih baik. "Ya, sepertinya ada seseorang..."

Mereka berdua mengikuti suara itu, yang semakin keras saat mereka mendekati sebuah gang sempit di antara bangunan yang runtuh. Di sana, di pojokan, mereka menemukan seorang bocah laki-laki yang duduk terbungkuk, tubuhnya terlihat rapuh dan setengah transparan, mirip dengan bayangan yang mereka lawan sebelumnya. Namun, bocah ini berbeda—ada air mata yang mengalir di pipinya, membuatnya tampak lebih manusiawi.

Zanuba langsung menghampiri bocah itu, berjongkok di sampingnya dengan penuh rasa iba. "Hei, kau baik-baik saja?" tanyanya dengan lembut.

Bocah itu mengangkat wajahnya, memperlihatkan ekspresi sedih dan lelah. Matanya kosong, namun di dalamnya terdapat rasa sakit yang mendalam. "Aku... aku tidak ingin menjadi bayangan... Aku tidak ingin tinggal di sini selamanya..."

Zanuba merasakan hatinya terenyuh. Bocah ini, meskipun tampaknya bukan manusia sepenuhnya, memiliki perasaan, ketakutan, dan penderitaan seperti orang lain. Dia ingin menolongnya, tapi dia tidak tahu harus mulai dari mana.

"Siapa namamu?" Zanuba bertanya, mencoba membuatnya merasa lebih tenang.

"Namaku... Harlan," jawab bocah itu dengan suara yang gemetar. "Kota ini dulu indah. Semua orang hidup bahagia... tapi sekarang, mereka semua terjebak... menjadi bayangan."

Mata Alaric mengerut, menatap bocah itu dengan serius. "Apa yang terjadi di sini, Harlan? Kenapa semua orang berubah menjadi bayangan?"

Harlan terisak sejenak sebelum akhirnya mulai bercerita. "Dulu... kota ini penuh dengan kehidupan. Orang-orang bekerja, anak-anak bermain, dan semuanya damai. Tapi suatu hari, seorang bangsawan yang tamak datang ke kota. Dia membawa hadiah, berupa sebuah telur aneh, yang katanya ditemukan di hutan terlarang di luar kota. Orang-orang tidak tahu kalau itu adalah telur dari Black Lizard—seekor makhluk mistis yang sangat berbahaya."

Zanuba terdiam, mendengarkan dengan saksama. "Black Lizard?"

Harlan mengangguk pelan. "Black Lizard adalah penjaga hutan. Telurnya sangat berharga, tapi juga terkutuk. Ketika bangsawan itu mencuri telur tersebut dan membawanya ke kota, kutukan itu menyebar. Satu per satu, penduduk mulai menghilang dari wujud fisiknya, berubah menjadi bayangan tanpa bentuk. Mereka tidak bisa mati, tidak bisa hidup. Mereka hanya terjebak di sini... selamanya."

Zanuba terkejut mendengar cerita itu, sementara Alaric tampak termenung, mencoba memikirkan solusi.

"Aku tidak ingin menjadi seperti mereka..." Harlan melanjutkan dengan suara kecil, suaranya penuh dengan ketakutan. "Aku tidak ingin menjadi bayangan selamanya. Tolong... tolong bebaskan kami dari kutukan ini."

Zanuba meremas tangan Harlan dengan lembut. "Kami akan menolongmu. Kami akan mengakhiri kutukan ini."

Lihat selengkapnya