Eternal Adventure : The Forgotten Journey Of The Elves

farjana aranaz
Chapter #17

Mounthous Lizard

Angin di hutan yang sunyi terasa berat, seolah ikut terhenti bersama waktu. Di hadapan Alaric, sosok Mounthous Lizard berdiri, tubuhnya bergetar dengan kekuatan gelap yang siap menghancurkan segalanya. Hewan raksasa itu tampak siap mengamuk, namun Alaric berdiri dengan tenang, auranya membakar seperti api yang tak dapat dipadamkan. Di hadapannya, Mounthous Lizard, bawahan Raja Iblis, mengaum keras, mengguncang seluruh hutan dengan suara geramannya. Dengan satu gerakan tangannya, dia melancarkan sihir ledakan besar yang langsung menghantam tubuh Mounthous. Suara ledakan keras menggema, memekakkan telinga, dan semburan energi menyebar di sekitar mereka.

Ledakan itu begitu kuat hingga membuat tanah berguncang, meninggalkan kawah besar di tempat Mounthous berdiri. Debu dan asap menyelimuti area tersebut, menutupi pandangan dari apa yang terjadi pada tubuh besar monster itu. Alaric memandang datar, mengetahui bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya.

Seiring debu mulai mengendap, dari balik asap tampak sosok yang berbeda dari sebelumnya. Tubuh Mounthous, yang tadinya besar dan mengerikan, kini perlahan mengecil. Tubuh bersisik hijau itu mulai memadat menjadi bentuk yang lebih manusiawi. Dalam beberapa detik, sosok Mounthous Lizard berubah menjadi sosok mirip manusia, dengan sisik berwarna kehijauan yang menutupi sebagian besar tubuhnya. Mata merahnya berkilat penuh amarah dan dendam.

"Alaric Iceborn," ucap Mounthous dengan suara berat, "Kau sungguh bertahan hidup lebih lama dari yang kuharapkan. Bagaimana kabar Helius? Aria? Larazaro?"

Nama-nama itu menusuk hati Alaric. Mereka adalah rekan-rekannya dalam pertarungan 700 tahun yang lalu, semuanya tewas di tangan Raja Iblis. Mounthous jelas tahu ini, dan dia menyebut nama-nama itu hanya untuk memancing emosi Alaric. Namun, Alaric menahan diri. Dia menatap Mounthous dengan senyum kecil yang sinis.

"Apakah itu caramu menyapaku setelah semua ini?" Alaric menjawab dingin. "Mereka sudah lama tiada, terbunuh oleh majikanmu yang sekarang sudah menjadi debu."

Mounthous terkekeh pelan. "Ya, aku tahu. Aku hanya ingin melihat apakah luka lamamu masih terasa. Dan dari tatapanmu... sepertinya kau masih terjebak di masa lalu, Alaric."

Tatapan Alaric berubah tajam. "Aku bukan lagi Alaric yang dulu. Dan jika kau berpikir bahwa kau masih memiliki kesempatan seperti dulu... maka kau akan sangat kecewa."

Mounthous tertawa terbahak-bahak. "Kita lihat saja," ucapnya sambil melesat maju dengan kecepatan yang luar biasa. Racun hijau gelap menetes dari cakar-cakarnya yang tajam, siap untuk menembus daging dan membunuh Alaric.

Alaric segera mengangkat tangannya dan menciptakan perisai sihir yang tidak kasat mata di sekelilingnya. Cakar Mounthous menghantam perisai itu dengan kekuatan penuh, memicu ledakan energi yang bergetar di udara. Namun, serangannya sama sekali tidak menembus pertahanan Alaric. Alaric tetap berdiri teguh, tidak sedikit pun bergerak dari tempatnya.

"Apa itu yang kau miliki?" ejek Alaric sambil mengayunkan tongkat sihirnya dengan santai. "Racun dan cakar? Itu sudah ketinggalan zaman, Mounthous."

Lihat selengkapnya