Eternal Adventure : The Forgotten Journey Of The Elves

farjana aranaz
Chapter #18

Cahaya yang Berpulang

Alaric berjalan dengan langkah tenang, meskipun tubuh kecil Zanuba terbaring di lengannya. Wajahnya yang biasanya ceria kini tampak serius, sedikit bayangan gelap membayangi pikirannya. Saat langkah kakinya menyentuh tanah yang retak di kota terbengkalai, ia berhenti sejenak, memandang sekitar. "Apakah masih ada sisa-sisa pasukan raja iblis?," gumamnya pelan, meskipun tidak ada yang mendengarkan. Hanya suara angin yang menjawab, mengalun lembut di antara reruntuhan bangunan kota yang hancur.

Beberapa saat kemudian, Zanuba mulai bergerak di pelukan Alaric. "Hmm... apa yang terjadi?" gumamnya, suaranya lemah dan serak. Ia membuka matanya perlahan, memandang langit yang kelabu di atasnya, lalu wajah Alaric yang terbungkus ketenangan yang aneh.

"Alaric?" Zanuba berusaha untuk duduk, dan Alaric menurunkannya dengan lembut ke tanah. Kakinya sedikit goyah, tapi Zanuba berdiri, menyadari sesuatu yang tidak biasa terjadi.

"Aku menggendongmu kembali ke kota," jawab Alaric, mencoba terdengar sesantai mungkin. "Kau pingsan karena... yah, auraku terlalu kuat untuk gadis kecil sepertimu," lanjutnya, menyisipkan senyuman kecil di akhir kalimatnya.

Zanuba mengerutkan alis. "Black Lizard... di mana dia?" tanyanya bingung, kenangan samar tentang pertarungan yang baru saja terjadi menghantui pikirannya.

Alaric hanya tersenyum, tatapan liciknya kembali. "Sudah aku kalahkan, tentu saja. Kau benar-benar melewatkan pertunjukan besar tadi."

Zanuba merasa dadanya terasa berat. "Sudah kau kalahkan? Tapi bagaimana?"

Sebelum Alaric bisa menjawab, suara gemerisik terdengar di kejauhan. Dari balik reruntuhan bangunan, beberapa bayangan yang familiar muncul. Para penghuni kota, yang dulunya hanya berupa sosok-sosok bayangan suram, kini tampak lebih nyata—meski tubuh mereka masih samar-samar seperti ilusi.

Zanuba terkejut, matanya membesar saat Harlan, bocah kecil yang pernah mereka temui, berlari ke arahnya. "Kakak Zanuba!" Harlan memanggil, wajahnya kini tidak lagi diliputi kesakitan dan kesuraman. Senyum yang hangat dan damai terlukis di wajahnya.

Zanuba tersentak, lalu berjongkok agar berada pada level mata Harlan. "Harlan... apa yang terjadi? Apa kalian sudah bebas?"

Harlan mengangguk. "Iya, terima kasih. Kakak dan Paman Alaric telah menyelamatkan kami." Matanya berbinar. "Kami semua... sekarang bisa pergi dengan tenang."

Seketika, seluruh penghuni kota yang dulunya merupakan bayangan berkumpul di sekeliling Zanuba dan Alaric. Mereka semua tersenyum penuh rasa syukur. "Terima kasih..." mereka bergumam serentak, sebelum perlahan, satu per satu tubuh mereka berubah menjadi cahaya lembut, melayang ke langit, seperti bintang-bintang kecil yang meninggalkan dunia ini menuju kedamaian abadi.

Zanuba tertegun, matanya berkaca-kaca menyaksikan pemandangan yang begitu indah namun penuh rasa kehilangan. Dia merasakan kehangatan aneh yang memenuhi hatinya, campuran antara kebahagiaan dan kesedihan. "Mereka... sudah benar-benar pergi, ya?" tanyanya dengan suara lembut, sambil berdiri memandang ke arah Alaric.

Lihat selengkapnya