Eternal Adventure : The Forgotten Journey Of The Elves

farjana aranaz
Chapter #19

Tempat Persembunyian Pembunuh Bayaran

Tempat Persembunyian Pembunuh Bayaran

Malam mulai jatuh, dan kegelapan perlahan merayap, menutupi tanah yang mereka lalui. Alaric dan Zanuba akhirnya memutuskan untuk beristirahat di sebuah hutan kecil yang tampak tenang, dengan suara burung-burung malam dan hembusan angin lembut menemani mereka. Mereka telah berjalan cukup jauh sejak meninggalkan kota yang terkutuk, dan rasa lelah mulai terasa. Alaric mengibas-ngibaskan jubahnya dan duduk bersandar di sebuah batu besar. Sementara itu, Zanuba mendirikan tenda kecil yang sederhana.

"Baiklah, Zanuba," ujar Alaric dengan nada serius yang tidak biasanya, "kali ini, kita mungkin benar-benar harus berhati-hati."

Zanuba mengerutkan alis, duduk di sebelah Alaric. "Kenapa begitu? Apa ada yang aneh?"

Alaric mengeluarkan sebuah peta lusuh dari saku jubahnya dan menunjukkannya kepada Zanuba. "Kita berada di wilayah yang cukup berbahaya. Para pembunuh bayaran sering berkeliaran di daerah ini, dan kalau beruntung—atau lebih tepatnya, tidak beruntung—mereka mungkin mengincar orang-orang seperti kita."

Zanuba menatap peta itu dengan sedikit kebingungan. "Mengincar kita? Untuk apa? Aku hanya seorang gadis kecil."

Alaric terkekeh. "Kau memang seorang gadis kecil, tapi jangan lupakan satu hal. Kau adalah putri kerajaan, Zanuba. Darah bangsawan mengalir di nadimu, dan pasti ada banyak orang yang tidak suka dengan keberadaanmu. Siapa pun yang tahu identitasmu bisa saja ingin memanfaatkanmu—atau lebih buruk, menghabisimu."

Zanuba menelan ludah. Meskipun dia sudah pernah diserang bandit sebelumnya, kali ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang jauh lebih gelap dan berbahaya tentang ancaman ini.

"Tapi jangan khawatir," lanjut Alaric dengan senyum konyol yang sudah biasa ia tunjukkan, "Aku di sini. Aku bisa menghajar mereka semua dengan tangan terikat kalau perlu."

Zanuba mengerutkan bibir, setengah percaya, setengah khawatir. Namun, karena tak ada pilihan lain, dia memutuskan untuk percaya pada elf tua ini. Alaric, bagaimanapun juga, selalu berhasil menyelamatkannya sejauh ini.

Mereka memasang api unggun kecil untuk malam itu. Alaric, dengan kebiasaannya yang konyol, mulai bermain-main dengan sihirnya, menciptakan bentuk-bentuk aneh dari nyala api. Kadang-kadang ia membentuk wajah-wajah lucu yang berkedip-kedip, kadang-kadang menciptakan bayangan kelinci melompat-lompat di tanah. Zanuba, meskipun berusaha tetap fokus, tidak bisa menahan tawa melihat tingkah laku Alaric.

Namun, di tengah tawa kecil mereka, Zanuba merasakan sesuatu yang aneh. Hawa dingin tiba-tiba menyelinap di antara pepohonan. Dia duduk lebih tegak, merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Alaric, yang selalu waspada meskipun bertingkah konyol, merasakan hal yang sama. Tatapannya yang awalnya santai berubah tajam. "Ada seseorang di sini," bisiknya, hampir tanpa suara.

Zanuba menoleh ke arahnya dengan rasa takut di matanya. "Apa kau yakin?"

Alaric mengangguk pelan, lalu bangkit berdiri. "Tetap di sini, Zanuba. Jangan bergerak."

Namun, sebelum mereka sempat bereaksi lebih jauh, sebuah bayangan meluncur dengan kecepatan luar biasa dari kegelapan hutan. Sebilah pisau besar meluncur dengan tajam ke arah mereka, berkilauan di bawah cahaya api unggun.

Alaric, dengan reflek luar biasa, langsung memutar tongkat sihirnya dan menciptakan perisai transparan di depan mereka. Pisau itu menghantam perisai dan terpental ke tanah dengan bunyi yang keras. Bayangan itu berhenti di tepian cahaya api unggun, menampakkan sosok seorang pria bertopeng yang kurus, dengan jubah hitam yang membungkus tubuhnya.

"Aku sudah memperingatkanmu, Zanuba," gumam Alaric sambil tetap berjaga-jaga. "Pembunuh bayaran."

Lihat selengkapnya