Eternal Adventure : The Forgotten Journey Of The Elves

farjana aranaz
Chapter #20

Melewati Gurun Beracun

Gurun beracun membentang di hadapan mereka, sebuah pemandangan tandus dan mematikan yang tak ada habisnya. Langit di atasnya suram, seakan tidak pernah tersentuh oleh sinar matahari. Udara berbau menyengat, dan setiap langkah yang mereka ambil meninggalkan jejak kaki di pasir hitam yang terasa hangat di bawah sepatu mereka.


"Ini tempat paling ceria yang pernah kita kunjungi," gumam Alaric dengan nada sarkastis, sambil mengibaskan jubahnya dari debu yang terus menempel. "Aku benar-benar menyesal tidak membawa payung."


Zanuba melirik ke arah Alaric, yang tetap bertingkah santai meski situasi di sekitar mereka terasa sangat berbahaya. "Payung? Apa gunanya payung di sini?"


"Oh, kau tahu, untuk bergaya," jawab Alaric sambil tersenyum lebar. "Atau mungkin untuk menahan hujan asam, kalau tiba-tiba turun. Siapa tahu?"


Zanuba memutar matanya. "Fokus, Alaric. Ini bukan waktunya bercanda."


"Tentu saja," balas Alaric dengan mengedipkan mata. "Kita cuma melewati gurun yang bisa membunuh kita dengan satu napas. Benar-benar bukan waktu untuk lelucon, ya?"


Meski berusaha tetap tenang, Zanuba tidak bisa menutupi kecemasannya. Setiap hembusan angin terasa seperti membawa racun yang siap merayap ke dalam paru-parunya. Gurun ini bukan sembarang gurun; ini adalah tempat yang penuh dengan jebakan sihir kuno yang sudah ditinggalkan selama ratusan tahun, tapi masih aktif dengan kekuatan mematikan.


"Kita harus bergerak cepat," kata Zanuba dengan nada tegas. "Semakin lama kita di sini, semakin besar risiko kita terkena jebakan sihir."


Alaric mengangguk setuju. "Kau benar. Tapi ingat, Zanuba, jebakan-jebakan ini tidak hanya bisa dilihat dengan mata. Kau harus mulai merasakan energi yang mengalir di sekitarmu."


Zanuba berhenti sejenak, mencoba memahami instruksi Alaric. Dia menutup matanya dan berusaha merasakan sesuatu yang berbeda. Namun, di antara rasa takut dan kepanasan yang menguasai tubuhnya, sulit bagi Zanuba untuk berkonsentrasi.


"Aku tidak merasakan apa-apa," gumamnya kecewa.


Alaric tertawa kecil. "Tentu saja tidak. Kau butuh latihan bertahun-tahun untuk itu. Tapi jangan khawatir, kita punya pendekatan lebih sederhana. Lihatlah sekeliling dengan hati-hati. Jebakan-jebakan sihir biasanya meninggalkan tanda-tanda fisik. Misalnya, pasir di daerah jebakan mungkin terlihat berbeda, atau ada perubahan suhu yang aneh."


Zanuba mulai mengamati pasir di sekitar mereka. Memang, ada beberapa tempat di mana warna pasirnya lebih gelap atau terlihat seperti berputar-putar dengan sendirinya. Setiap kali ia melihat tanda aneh, mereka menghindarinya, meski terkadang Alaric sengaja membuat lelucon dengan menginjak salah satu tanda hanya untuk melihat reaksi Zanuba.


"Alaric!" teriak Zanuba panik saat Alaric melangkah terlalu dekat ke sebuah area pasir yang tampak berputar. "Kau mau mati?!"


"Tenang saja," ujar Alaric dengan sikap acuh, "aku tahu apa yang kulakukan. Aku sudah hidup selama lebih dari 700 tahun, ingat?"


Namun, di balik sikap santainya, Alaric tetap waspada. Dia tahu bahwa satu langkah yang salah bisa berakibat fatal. Ini bukan pertama kalinya dia melewati wilayah berbahaya seperti ini, tapi kali ini, dia tidak sendirian. Zanuba bersamanya, dan dia tidak bisa membiarkan gadis itu terluka.


Lihat selengkapnya