Eternal Adventure : The Forgotten Journey Of The Elves

farjana aranaz
Chapter #22

Serangan Badai Aether di Pegunungan

Setelah pertemuan mereka dengan ksatria tua yang penuh teka-teki dan kejadian aneh terkait celana dalam Helius, Alaric dan Zanuba melanjutkan perjalanan mereka. Meskipun masih merasa geli dengan "harta karun" yang mereka temukan, ada satu hal yang tidak bisa diabaikan: peringatan dari Sir Dorian tentang perjalanan selanjutnya yang akan menjadi sangat sulit.

Mereka sekarang berada di kaki pegunungan besar yang menjulang tinggi di hadapan mereka. Udara terasa dingin dan tegang, seolah-olah ada sesuatu yang menunggu di kejauhan. Alaric memandangi langit, matanya menyipit saat dia merasakan keanehan dalam aliran energi di sekitarnya.

"Sepertinya kita akan menghadapi sesuatu yang lebih dari sekadar cuaca buruk," gumam Alaric, sedikit khawatir.

Zanuba, yang berjalan di belakangnya, menyentuh permukaan batu-batu di sekitarnya, merasa kagum dengan ketinggian pegunungan yang menjulang di atas mereka. "Bukankah ini hanya pegunungan biasa? Apa yang bisa lebih buruk dari racun di gurun yang kita lewati sebelumnya?"

Alaric menyeringai. "Kau masih muda, Zanuba. Dalam perjalanan ini, tidak ada yang namanya 'biasa'. Pegunungan ini terkenal dengan Badai Aether, badai sihir yang sangat kuat sehingga bisa melumpuhkan penyihir sekalipun."

Zanuba menggigit bibirnya, merasa sedikit tegang. "Apa kau yakin kita bisa melewati ini?"

Alaric menepuk bahunya. "Tentu saja bisa! Aku ada di sini, kan? Aku sudah menghadapi badai ini sebelumnya. Hanya perlu sedikit trik dan kita akan baik-baik saja."

Namun, baru saja Alaric menyelesaikan kata-katanya, awan gelap mulai berkumpul di atas mereka dengan cepat. Kilatan petir berwarna ungu menyambar langit, menciptakan pola yang menakutkan di antara awan-awan. Angin mulai berhembus kencang, membawa serta butiran salju bercampur debu sihir yang berkilauan. Badai Aether telah datang, dan sepertinya tidak ingin menunggu lebih lama lagi.

"Baiklah," kata Alaric sambil mengangkat tongkatnya. "Waktunya aksi!"

Zanuba melirik badai itu dengan sedikit ketakutan. Dia sudah belajar banyak dari Alaric tentang sihir penghalang dan perlindungan, tapi badai ini terasa berbeda. Energinya berat, berputar-putar dalam pola acak yang sulit diikuti.

"Fokus pada dirimu, Zanuba!" seru Alaric sambil mengayunkan tongkatnya, menciptakan penghalang kecil di sekitar mereka. "Ini bukan waktu untuk ragu. Kau sudah berlatih selama ini, dan sekarang saatnya mengaplikasikan semua yang telah kau pelajari."

Zanuba menggigit bibirnya lebih keras, berusaha menenangkan diri. Dia menutup matanya sejenak, mencoba merasakan aliran energi di sekitarnya seperti yang diajarkan Alaric. Badai Aether menghantam penghalang yang dibuat oleh Alaric dengan keras, tetapi dia bisa merasakan bahwa kekuatan penghalang itu tidak akan cukup lama.

"Tunggu! Aku bisa merasakan energinya... tapi sulit mengendalikannya!" Zanuba membuka mata dengan cepat, napasnya mulai tersengal-sengal. Dia berusaha memunculkan penghalang kecil miliknya, tetapi badai itu terlalu kuat, menarik energinya keluar sedikit demi sedikit.

Alaric mengawasinya dengan cermat, tetap tenang meskipun badai semakin menggila di sekitar mereka. "Kau harus merasa seolah-olah dirimu adalah bagian dari badai itu, Zanuba. Jangan melawannya. Biarkan energinya mengalir melalui tubuhmu dan gunakan itu untuk memperkuat penghalangmu."

Lihat selengkapnya