Awan-awan lembut dan manis menghias langit Elysium Islands, bagai lukisan oleh hati-hati yang berbunga, tersenyum, dan memeluk satu sama lain. Hangat secukupnya, menyelimuti setiap sudut pulau-pulau.
Pesawat kecil mendarat di atap salah satu gedung Sanctuary Research Tower, bersamaan dengan kedua aircraft datang tak lama kemudian sehingga saat ini terbang berputar-putar di atas kompleks bangunan. Theodore turun, menyusul Aaron dan Atlas di ruang tunggu.
“Selamat siang, Tuan Atlas dan Aaron! Terima kasih banyak atas kerja keras kalian!” Dia tersenyum lebar antusias, cukup ceria, sambil berjalan mendekat. “Kudengar kalian mendapatkan calon subjek eksperimen seorang anak kecil. Mana dia?”
“Di rumah sakit. Keadaannya cukup kotor, kami menemukannya di dekat hutan. Petugas medis sedang memandikan dan menyiapkan baju baru untuknya. Setelah itu, dia perlu menjalani beberapa pemeriksaan untuk memastikan bahwa kondisi tubuhnya memang sesuai kriteria untuk eksperimen ini,” kata Atlas. “Dan kalian juga perlu menjalani beberapa tes.”
Aaron semula memandang sembarang arah dengan cenderung santai, langsung bergeser ke Atlas sedikit lebih serius. Sementara Theodore, langsung terkejut dengan agak berlebihan. “Mengapa? Kau sekarang memperlakukan kami seperti anak kecil juga? Tes untuk memastikan bahwa kami siap menerima vaksin?” katanya sarkas, bercanda. “Terlambat kalau Anda mau menyuntikkan vaksin kebodohan untukku.”
Atlas menunduk sedikit sambil memegang dahi sesaat. Berbicara dengan dua orang ini selalu saja membuat kepalanya sakit. “Diamlah, Theodore!” Barulah, dia menghela napas kasar sambil melanjutkan bicara, “Selagi akan memiliki wadah yang mampu menampung energi hydra sebanyak-banyaknya, maka sebaiknya perlu pengendali yang dapat mengendalikan energi hydra sebanyak mungkin juga. Aaron dan Theodore, kalian berdua sama-sama kapten aircraft, adalah dua kandidat yang sekilas sama kuatnya. Aku membutuh serangkaian tes untuk memastikan siapa yang terbaik untuk berpartisipasi dalam eksperimen ini. Jelas, bukan? Aku tak menginginkan satu pun pertanyaan bodoh. Jadi, sebaiknya kalian diam dan ikutlah denganku.”
Atlas berbalik, berjalan menyusuri lorong untuk menuju ruangan lain di gedung. Kedua kapten mengekor. Dan bahkan dengan segala upaya Atlas membungkamnya, Theodore masih saja melemparkan kalimat-kalimat menyebalkan, yang akan sesekali ditambahi dengan singkat oleh Aaron.
Kombinasi mematikan untuk Atlas.
Mereka berdua dibawa agar melakukan serangkaian tes guna membandingkan kekuatan DNA—untuk mengendalikan energi hydra—dan kepribadian mereka. Meski terdengar sepele, tetapi kepribadian dan kondisi mental akan sangat mempengaruhi kelancaran eksperimen ke depannya karena sang pengendali energi hydra akan sering menghabiskan waktu dengan si wadah, utamanya dalam pertarungan ketika sedang melaksanakan misi, tetapi juga kemungkinan dalam kehidupan sehari-hari.
Atlas, di depan meja, memeriksa hasil tes setelahnya. Terpampang dalam dokumen digital, di seberang ruang tempat Aaron dan Theodore saat ini berada. Kekuatan DNA mereka sebelas dua belas. Tak heran, sama-sama seorang kapten yang tak mungkin mendapatkan jabatan tersebut bila tidak mencapai standar sedemikian rupa tinggi. Kemudian, soal kepribadian. Terkait misi, mereka sama profesional dan serius secara pribadi. Kepada para anak buah: Theodore cenderung santai dan membebaskan di luar misi; Aaron tegas, kaku, teliti akan hal kecil, disiplin.
Dengan begitu, kesimpulannya jelas. Aaron, meski banyak anak buahnya mengeluhkan ketegasan dan mata sangat jelinya, tetapi ini membuktikan bahwa dia mampu memerhatikan orang lain secara detail dalam jangka waktu lama. Artinya, Aaron lebih sesuai sebagai rekan si wadah—khusus dalam eksperimen ini—karena akan dapat memantau setiap perubahan kecil pada Owsey dengan teliti, dan ini akan sangat membantu kelancaran proses pengamatan Atlas terhadap keberlangsungan eksperimen.
“Aaron.” Atlas muncul di ambang pintu untuk memanggilnya.