Mata Eve masih terpejam rapat. Pada momen ini, seharusnya Zeta sudah menebas lehernya. Tapi, ia tak merasakan apapun. Ragu-ragu, kelopak mata Eve pun membuka, menemukan sosok Zeta hanya mengarahkan kuku tajamnya di sisi leher kiri Eve, tanpa sedikitpun berniat melukainya. Eve mengarahkan pandangannya ke wajah Zeta untuk mempertanyakan maksud dari semua ini padanya.
"Kau ... ingin membunuhku?" bisik Eve heran. Zeta hanya memejamkan matanya, tak menjawab pertanyaan Eve sepatah kata pun.
"Zeta. Kenapa?" Eve mendesaknya. "Kenapa kau ingin membunuhku?" Tatapnya sedih.
Raut wajah Zeta dibuat sedingin mungkin untuk menyembunyikan semua emosinya dari Eve. Dengan satu tarikan nafas, ia menjawab pertanyaan gadis itu.
"Kau adalah penghalang untukku, sehingga kau pantas mati."
Penghalang? Batin Eve bertanya dengan tatapan yang terus mengarah pada pemuda di hadapannya. Ia masih belum percaya dengan apa yang ia dengar.
"Zeta," Panggilan Eve terdengar lembut untuk mencairkan kebekuan di wajah pemuda itu. "Kenapa?"
"Aku hanya tak ingin kehidupanku terpengaruh olehmu. Kau berasal dari ras yang berbeda denganku, sehingga aku tak bisa terus bersamamu. Itulah yang menjadi alasanku membunuhmu,"
Eve bergeming, menelaah ucapan Zeta baik-baik. Ia menggeleng pelan dengan pandangan menusuk, membuat Zeta bergidik.
"Kau sebenarnya tak memiliki alasan untuk membunuhku? Lalu, hal apa yang memaksamu melakukan ini?"
Air muka Zeta tetap datar. Ia pun memalingkan wajahnya tanpa mampu menjawab pertanyaan Eve. Tapi Eve yakin kalau Zeta tengah bimbang. Gadis itu bisa membaca semua kebohongannya.
"Aku tak memintamu untuk melepaskanku. Kau berhak membunuhku dan aku sendiri tak akan melawanmu," Ada kesungguhan dan ketegaran di balik kata-kata Eve. Hal itu justru membuat Zeta semakin tak bisa membunuhnya.
"Ayo, lakukanlah!" Perintah Eve lantang.
Bibir Zeta bergetar sambil menggeleng pelan beberapa kali. Pada akhirnya Zeta menyingkirkan tangannya dari leher gadis itu. Ia jatuh berlutut, menatap kedua tangannya dengan pandangan kosong. Eve memperhatikan perubahan ekspresinya. Saat ini, Zeta menunjukkan apa yang tengah ia rasakan sebenarnya: kebimbangan. Entah apa yang membuat Zeta berbuat demikian pada sosok Eve, yang jelas Eve yakin kalau saat ini sebenarnya perasaan Zeta tengah terombang-ambing.
Eve terkesiap menyaksikan Zeta menggores tangannya sendiri menggunakan kuku panjangnya. "Zeta! Hentikan!" Gadis itu langsung meraih pergelangan tangannya, menghentikan sang pangeran berbuat hal yang sama untuk kedua kalinya.
"Jangan sakiti dirimu!" Sembari mendekap lengan Zeta, ditatapnya pemuda itu lekat-lekat. Air muka Zeta berubah sedih. Bibir kehitamannya gemetar disusul gumpalan demi gumpalan cairan hitam melesak dari pelupuk matanya. Suara isakan tangis Zeta pun tedengar.