Kegelapan malam memudahkannya untuk mengendap-endap keluar dari kamarnya. Pemuda bersayap putih itu menelusuri koridor remang-remang rumahnya hingga akhirnya tiba di persimpangan. Sambil menyembunyikan dirinya, sosok itu mengintip kondisi di sekitar.
Ia langsung menyembunyikan diri ketika mendengar suara detak langkah menggema dari salah satu persimpangan. Sepasang matanya mengawasi si pemilik langkah. Seorang gadis yang bersayap sama sepertinya juga berjalan mengendap-endap. Ia terlihat waspada: berhenti sebentar, melihat sekelilingnya lalu kembali melanjutkan langkahnya dengan amat pelan dan hati-hati.
Bayangan gadis itu pun mengecil seiring dengan sosoknya yang semakin menjauh. Keluar dari persembunyiannya, pemuda itu diam-diam mengikuti sang gadis.
Penguntitan itu terbilang sukses. Si pemuda amat berhati-hati dalam setiap gerak-geriknya agar gadis itu tak dapat mendengar sedikitpun suara langkahnya, atau merasakan bayangan seseorang di belakangnya.
Lagi-lagi tempat yang sama. Sudah beberapa hari ini si pemuda melakukan aksinya. Ia selalu menemukan gadis itu mendatangi tempat yang sama hampir setiap malam.
Bukan tanpa tujuan kalau pemuda bernama Sugiya dari Ras Angel mengikuti adiknya, Eve. Kebiasaannya pergi hampir tiap malam dan pulang pagi hari memunculkan kecurigaan Sugiya. Sebagai kakak, Sugiya ingin tahu apa yang adiknya lakukan. Ia pun memutuskan untuk memata-matai adiknya sendiri. Sayangnya, sudah tiga malam berlalu, tetapi belum ada jawaban pasti mengenai kegiatan sang adik.
Ia khawatir akan keadaan Eve yang menjadi satu-satunya keluarga sepeninggal ayah dan ibunya. Tugas menjaga Eve memang sudah dilimpahkan padanya bahkan saat kedua orang tuanya masih ada, sehingga timbul ikatan yang erat antara dia dan adiknya.
Eve menuju ke pantai. Setelah itu, ia hanya duduk di tepian karang atau bibir pantai tanpa melakukan kegiatan lain. Sugiya heran. Apa yang sebenarnya adiknya lakukan? Gerak-geriknya seperti tengah menunggu seseorang. Kira-kira, siapa yang ia tunggu?
Dugaan itu terus ia simpan, bahkan sampai di hari keempat penguntitannya. Sugiya mengambil tempat persembunyian di salah satu bukit karang, beberapa meter dari tempat adiknya. Masih tak ada siapapun yang muncul. Tetapi, Sugiya tetap menunggu. Ia bertekad untuk mengawasi adiknya sampai ia menemukan jawaban dari segenap pertanyaannya. Kalau tidak hari ini, mungkin besok, atau besoknya lagi.
Sugiya langsung menyembunyikan diri ketika ia melihat sosok berpenampilan serba hitam dengan sayap berwarna sepadan di punggungnya mendatangi adiknya dari belakang. Sugiya berniat keluar dari persembunyiannya untuk menyelamatkan adiknya dari salah seorang penduduk Ras Evil, semuanya sirna ketika menemukan Eve malah menyambut kedatangannya. Gadis itu memeluk si iblis dengan mesra, membuat Sugiya tak percaya.
Apakah selama ini adiknya memiliki hubungan khusus dengan iblis itu?
Sugiya kembali mengamati kegiatan mereka berdua dari tempat persembunyiannya. Persembunyiannya memang cukup jauh dari lokasi pertemuan mereka, tetapi pendengarannya masih tajam untuk menangkap percakapan mereka. Ditambah lagi, suasana di tempat ini amat sunyi, hanya ada bunyi debur ombak yang sesekali terdengar.
"Zeta ...." Ia mendengar adiknya memanggil nama sosok itu. Jadi, namanya Zeta?
Sugiya tak terlalu mendengarkan percakapan berikutnya karena pemuda Ras Evil itu berbicara amat pelan, ditambah dengan suara debur ombak. Ia fokus mengamati mereka berdua melalui gestur tubuh. Hingga akhirnya ia melihat iblis itu menghunuskan kuku panjangnya ke leher adiknya.