Eternal Shangri-La

Pamella Paramitha
Chapter #8

Petunjuk Berharga

Setelah kejadian semalam, Zeta langsung menyambangi ruang kerja sang ayah untuk mencari informasi terkait tempat misterius yang Eve ceritakan. Zeta sendiri memang belum pernah mendengar sedikitpun kisah itu. Padahal, sebagai pangeran, wawasannya seharusnya lebih luas. Tapi, siapapun di ras ini belum pernah menceritakan adanya satu tempat subur di belahan Bumi, termasuk mendiang ayanya.

Tempat yang Eve ceritakan mungkin cuma isapan jempol belaka. Zeta sebenarnya merasa agak ragu. Tapi, lebih baik ia mencoba mencarinya daripada mengabaikannya begitu saja. Lagipula, Eve bukanlah sosok yang suka mengarang cerita, meski bertujuan untuk menghibur hati Zeta.

Hampir seharian Zeta berada di ruangan itu. Ia menggeledah semua tempat arsip di ruang kerja ayahnya. Mulai dari laci meja, rak buku, sampai lemari besi. Dikeluarkannya map dan buku-buku tua untuk ditelitinya satu per satu. Tak ada satu pun informasi ia dapatkan mengenai tempat itu. Ia tak mempedulikan kondisi ruangan yang terlihat seperti kapal pecah. Semakin sulit untuk ditemukan, Zeta malah semakin penasaran. Sampai akhirnya, ada satu benda lagi yang belum ia jamah.

Mata Zeta tertuju pada sebuah kotak tua nan misterius yang teronggok di salah satu sudut ruangan. Warnanya hitam, sehingga tersamar oleh kegelapan. Zeta sendiri menyadari keberadaan benda itu tanpa sengaja, saat matanya memindai seisi ruangan. Ia pun melangkahkan kaki ke sudut ruangan lalu membukanya.

Isinya berupa setumpuk surat dan arsip-arsip lain. Zeta terlebih dahulu menarik tumpukan surat segenggaman tangannya itu. Satu per satu dibuka lalu dibacanya. Dari sekian banyak surat, ada satu yang menarik perhatiannya. Apalagi ketika ia menemukan sebuah nama asing yang beberapa kali tertera dalam surat itu.

Blue Heaven.

"Para peneliti kami telah berhasil menemukan tempat suatu dataran yang amat subur dan indah. Kami menamainya Blue Heaven, karena para peneliti mengatakan tempat itu bagai surga yang tersembunyi di perbukitan. Generasi berikutnya dari ras kita bisa menempatinya."

Zeta beralih membaca kalimat lainnya.

"Kami menyuruh mereka membuat desain peta untuk menuju ke Blue Heaven."

Zeta menemukan fakta yang lebih mengejutkan di penghujung surat.

"Jangan beritahukan pada ras Evil mengenai keberadaan Blue Heaven itu! Mereka pasti akan segera merebutnya dari kita. Biarkan tempat itu menjadi rahasia di antara kaum kita. Satu saat nanti penerus kita dari ras Angel-lah yang mewariskannya."

Zeta meremas surat itu kuat-kuat lalu mendekapnya. Beberapa pertanyaan muncul di benaknya setelah membaca isi surat itu, membuatnya tenggelam dalam lamunan.

Surat ini kemungkinan besar milik Ras Angel, tetapi kenapa bisa berada di Inferno? Padahal selama ribuan tahun, dua ras tersebut tak pernah mau saling berhubungan. Ayahnya-kah yang mencurinya? Lalu, kenapa sang ayah tak pernah membahas tempat ini dalam rapat kerajaan? Padahal, sang ayah punya impian besar membawa rakyat Inferno menuju kemakmuran.

Gelengan pelannya membuyarkan semua pemikiran itu. Zeta tak akan mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya, sehingga percuma saja ia memikirkannya. Yang bisa ia lakukan adalah terus melakukan penyelidikan mengenai tempat itu.

Zeta pun memisahkan surat itu untuk dibawanya ke ruang pribadinya. Ia beralih mencari petunjuk lain, tetapi hasilnya nihil. Hanya surat ini saja sebagai satu-satunya petunjuk berharga. Zeta pun menyerah. Ia membereskan semua arsip dan kertas yang bertebaran di lantai, meletakkannya ke tempat semula. Setelah melihat keadaan ruang kerja ayahnya dalam keadaan rapi, ia pun meninggalkan ruangan itu menuju ke kamarnya.

Ia hanya memilki satu petunjuk. Ia berharap, petunjuk ini bisa membantunya menguak misteri tempat yang bernama 'Blue Heaven' itu.

***

Malam itu, mereka bertemu seperti biasa. Zeta telah menunggu kedatangan Eve duluan dengan membawa surat tersebut di tangannya. Ia tak sabar menunggu kedatangan Eve untuk membicarakan .

Lihat selengkapnya