Eternal Shangri-La

Pamella Paramitha
Chapter #10

Harapan yang Pupus

Sementara itu, Eve mengendap-endap ke dalam ruang kerja ayahnya. Dibukanya pintu itu dengan tak menimbulkan secuilpun bunyi derit.

Sambil melangkah, mata Eve memindai isi ruangan. Ia memilih ruang kerja ayahnya untuk mencari informasi mengenai Blue Heaven karena sang ayah dulunya adalah seorang arkeolog. Beliau pasti menyimpan dokumen mengenai tempat itu. Blue Heaven adalah bagian dari sejarah ras-nya sehingga paling tidak sang ayah memiliki informasi berharga.

Ruang kerja ayahnya menyimpan banyak arsip dan dokumen. Kertas dan arsip berserakan di mana-mana. Menghadapinya saja sudah membuat Eve penat. Dengan arsip sebanyak ini, kemungkinan pencarian informasi mengenai Blue Heaven akan memakan waktu lama.

Namun, tak ada pilihan lain. Meski bagaikan mencari jarum di antara tumpukan jerami, gadis itu tetap berusaha. Seandainya tak bisa menemukannya hari ini, ia bisa mencarinya kembali besok.

Eve memulai pencarian. Digeledahnya satu per satu arsip lalu membacanya. Apabila tak berhubungan sama sekali dengan Blue Heaven, ia akan meletakkan kembali arsip tersebut ke tempat semula kemudian beralih melihat arsip lain.

Pekerjaan itu memakan waktu lama. Mata Eve mulai lelah meneliti satu per satu arsip tersebut. Sayangnya, sampai saat ini, ia belum menemukan informasi yang berkaitan dengan Blue Heaven. Keputus-asaan pun menyerang. Semangat Eve memudar. Rasanya ingin menyerah untuk hari ini.

Eve berniat menjeda pencariannya setelah ia mengeluarkan sebuah arsip. Ketika membacanya, semangat Eve kembali muncul. Di dalam arsip tersebut ternyata ada dokumen yang memuat denah Blue heaven.

Eve memisahkan dokumen tersebut. Ia beralih menggeledah tempat lainnya. Eve membuka laci meja kerja ayahnya. Ia tak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika menemukan sesuatu di antara tumpukan dokumen.

"Eve!"

Eve terperanjat dan langsung menyembunyikan benda itu ke tempat semula. Panggilan itu berasal dari luar ruangan. Eve bergegas menuju pintu ruangan untuk merespon, tetapi pintu ruang kerja sudah keburu dibuka dan mengekspos sosok kakak laki-lakinya. 

"Eve."

"Ya." Eve tak bisa menyembunyikan kegugupannya.

"Apa yang kau lakukan ..." Sugiya mengernyitkan dahinya menemukan Eve berada di tempat pribadi ayahnya. "...di ruang kerja ayah malam-malam begini...?"

"Tak ada." Eve berbohong. 

Keheningan menguasai mereka berdua. Tanpa bicara, Eve meninggalkan ruangan untuk menghindari kakaknya. Jantung Eve berdetak kencang ketika melewati sang kakak, bahkan ketika pemuda itu mengawasinya penuh ingin tahu. 

Eve mempercepat langkahnya. Ia keluar dari ruangan, lalu meninggalkannya menuju ke kamar. Satu kabar gembira sudah ia dapatkan sehingga ia harus secepatnya memberitahukan hal ini pada Zeta. Pemuda itu pasti amat senang mendengarnya.

Sementara itu, Sugiya hanya terpaku memperhatikan Eve yang perlahan menjauhinya. Yang tersisa hanyalah dirinya ditemani oleh kesunyian. Sugiya berpaling, tersenyum penuh misteri. Tatapannya mengarah pada meja kerja sang ayah. Benda itu berusaha Eve sembunyikan darinya. Tetapi, Sugiya bukanlah sosok yang gampang dikelabui, apalagi oleh adiknya. Ia sudah lebih dulu mengetahui seluk beluk benda itu, bahkan jauh sebelum Eve mengetahuinya.

***

"Aku mendapatkannya, Zeta!"

Zeta tertegun mendengar ucapan Eve yang tergesa-gesa. Pancaran matanya penuh antusiasme dan semangat, sehingga Zeta yakin kalau gadis itu membawa kabar gembira.

Eve mengatur nafasnya sebelum kembali menjelaskan. "Ayahku ...!" sebut Eve "Kemarin aku memeriksa ruang kerjanya! Ternyata peta itu ada di sana!" 

Lihat selengkapnya