Yang maha kuasa telah memberikan banyak anugerah terhadap kaum kami: kehidupan yang berbahagia, daerah subur, sampai pangan yang berlimpah-limpah.
Nenek moyang kami adalah keturunan dari para malaikat. Mereka hidup penuh kesucian. Mereka membenci kejahatan dan berupaya untuk melenyapkannya dari muka Bumi ini.
Ras Evil adalah keturunan para iblis. Mereka hidup dalam kecemaran. Kekejian, kelicikan, dan tipu muslihat menguasai hati dan pikiran mereka. Bumi akan rusak oleh keberadaan mereka, sehingga para malaikat diutus untuk memeranginya.
Kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan, sehingga nenek moyang berhasil mengalahkan mereka. Yang maha kuasa telah melimpahkan kemenangan bagi kami. Yang maha kuasa telah menghempaskan ras terkutuk itu ke jurang penderitaan. Neraka.
***
"Sugiya! Sugiya!" Gedoran pintu disertai seruan menjeda aktivitasnya membaca buku. Dengan enggan, remaja tanggung itu beranjak dari kursi malas menuju ke pintu rumahnya. Saat membuka pintu, tampak dua sosok dewasa yang ia kenal sebagai rekan kerja ayahnya.
"Sugiya! Kau harus kuat!" ucap salah satu dari mereka dengan tangan yang bersarang di pundaknya. Sugiya tak bersuara. Hanya kernyitan dahi ia tunjukkan sebagai respon.
"Ayahmu."
"Ayahku, kenapa?" Mendengar sosok yang ia hormati itu disebut, Sugiya langsung bereaksi. Ia menemukan siluet wajah mereka berubah sedih.
"Ada apa dengan ayahku! Katakan!"
"Dia pulang dalam keadaan terluka. Saat ini kondisinya kritis dan berada di balai pengobatan."
Sugiya langsung melesat meninggalkan mereka. Dengan kecepatan maksimal, ia berlari menuju ke balai pengobatan yang lokasinya tak jauh dari kediamannya. Ia bahkan lupa mengajak adiknya. Pemuda itu terlalu panik, apalagi mendengar sang ayah tengah kritis.
Sampai di sana, Sugiya bertanya pada para petugas medis mengenai keberadaan ayahnya. Salah satu petugas mengantar remaja itu ke sebuah kamar. Di tengah kamar itu, sosok sang ayah terbaring lemah. Sugiya langsung mendekat. Ia menyaksikan langsung sekujur tubuh ayahnya dipenuhi luka bakar. Bahkan, sepasang sayap putihnya sudah terpotong. Melihat kondisi sang ayah yang memprihatinkan membuat Sugiya bergidik, mempertanyakan siapa sosok keji yang tega melukainya?
"Pihak keamanan menduga kalau ini ulah dari Ras Evil." Ucapan sang petugas medis langsung menarik perhatian Sugiya. Berpaling, bola mata Sugiya mendelik. Amarahnya pun memuncak. Ia sering mendengar rumor mengenai ras itu. Mereka adalah kaum yang terkutuk. Mereka penuh dosa: jahat, kejam, dan keji. Tak heran kalau penduduk ras itu tega melukai ayah Sugiya.
"Biadab! Ras jahanam!" Tangan Sugiya terkepal kuat. Ia langsung beranjak dari tempatnya. Niatnya saat ini adalah menyusuri hutan menuju desa Inferno untuk membuat perhitungan dengan penduduk ras evil. Tetap para petugas langsung menghentikannya. Mereka menahan pergerakan Sugiya sembari membujuknya agar tidak termakan oleh amarah. Sugiya saat itu masih terlalu lemah untuk melawan mereka. Ia hanya bisa meronta-ronta sambil menangis.