Eternity

bintaro bastard
Chapter #1

01.pertama bersama

Rawa Papan 1999

Allegro

"Ate bau.... Ate bau..... " Aku mendengus.... Mereka bahkan gak menyebut namaku... Tapi hatiku terasa seperti cuaca siang ini.... Panas....gersang terasa karena minimnya pohon di perkampungan sebelah rel kereta itu .

Aku menarik napas kemudian memacu sepedaku melewati gerombolan para anak ceriwis..... Tidak terlalu susah menyalip langkah bocah itu ....udara panas dan tak ada plastik es ditangannya ...dia tidak pingsan karena dehidrasi jadi minimal langkahnya pasti pelan"

"Bareng yuk.... " Ujarku ketika berhenti tepat di depan bocah itu... Dia terbengong.... debu panas bertiup kearahkami dari Kereta batu bara yang lewat "Sol sepatumu udah tipis... Kalo dipaksain jalan nanti rusak... " Kami berpandangan sesaat.... Wajah mendungnya samar tersenyum.... Aku membuka senyumku lebih lebar....

"Ayok lah.... " Ujarku hangat... Dia langsung berpegangan pada pundak ku dan berdiri di belakang sepeda....

"Aku kan bau.... " Ujarnya lirih....

"Hah... Aku gak dengar...! " Teriakku saat kami membelah jalan perkampungan rawa papan ini....sebenarnya aku mendengar jelas suaranya... Tapi buat apa menjelaskan yang sudah jelas... Apalagi hanya untuk sekedar menyakiti hati....

"A... Aku turun dibawah pohon asem itu aja.... " Ujarnya seraya menepuk pelan pundakku.... Aku mengerem sepeda dan berhenti....

"Ru.. Rumahku masih jauh didalam gang... Bapak ada lapak didalam... " Jelasnya terbata....aku mengangguk...

"Juragan barang bekas dong... " Sahut ku

.... Dia hanya tersenyum masam...

"Tukang rongsok aja kok... Makanya aku bau.... " Dia kini menunduk... Mendung lagi.....mentari terik dan wajahnya mendung.. menyedihkan ....Aku mengibaskan tanganku... "Ah nggak kok....biasa anak SMP masih kekanakan .... suka berlebihan.... "....

Dia tak sadar tertawa.... "Kamu juga anak SMP.... "

Aku menepuk kepalaku... "Eh iya..... "

"Aku... Rrrr pulang dulu ya.... " Ujarnya pamit.... Aku kemudian mengangguk dan segera mengayuh sepedaku pulang bersiap untuk neraka selain matahari yang menyengat siang ini...

*****

"Allegro..... " Aku menghentikan langkah diam diamku yang hampir sampai di kamar.... Duh ketahuan.....

"Mama... Hei... Selamat siang mah.... " Ujarku kecut.... Orang yang ku ajak bicara melipat tangannya di depan dada

"Telat lima belas menit kemana dulu? "

Aku memutar otak sebentar.... "Eh itu.... Tadi terkilir dikit... Jadi berenti sebentar.... " Ujarku terbata.... Wajahnya yang tadi ketat berubah khawatir...kemudian tergopoh menghampiriku

"Kaki kiri atau kaki kanan... " Ujarnya sambil mengambil minyak kayu putih di kotak p3k... "Eh ga... Gak parah kok ma... Bentar istirahat ini udah gapapa lagi.... "

Dia menarik ku dan mendudukan ku disebelahnya.... "Ki... Kiri.. " Ujarku perlahan.... Dia kemudian menggosokkan minyak kayu putih ke telapak kakiku dan mulai memijat pelan pelan....

"I... Itu pelipis mama kenapa....? " Wajahnya berubah muram.... "Ng... Nggak pa pa kok.... " Dia berusaha menyembunyikan sesuatu......

"Papa ya...? " Kami tak sadar berpandangan..... Dia kemudian membuang pandangannya.... "Nggak kok... Ini mama kejedot tembok.... Ya... Kejedot tembok.... " Mama berusaha tersenyum saat menjelaskan

Aku memutar mataku.... "Aku sebenarnya gak terkilir... Aku mengantar anak baru di kelasku pulang ke rumahnya...masuk masuk dulu ke rawa papan... Jadi jalan sedikit memutar.... " Jelasku sambil memandang lurus lurus ke mata mama....

"Nah sekarang aku sudah jujur..... Aku mau mama gantian jujur..... "

Mama hanya diam.... Yang terdengar siang itu hanya suara iklan televisi....

"Papamu sebenarnya baik.... " Ujarnya memecah kesunyian.... aku tak sadar tergelak

"Dia masih mabuk? " sinisku, Mama mengangguk "ya.... Di basement..... "

"Mama harus melakukan sesuatu..... Jangan sampai lebih berlarut larut.... " Dia masih saja memijati kakiku....

"Tapi apa? " Jawabnya hampa....

"Aku gak tau.... Mama kan yang orang dewasa.... " Lanjutku....

"Mama gak bisa milih... Mama gak mau kehilangan kamu atau papa.... Mama udah cukup kehilangan.... "

"Terus mama mau... Aku kehilangan mama?"

Dia terdiam... Kami berpandangan lagi....

"Mama gak perlu capek capek sayangi aku kalo mama gak bisa sayangi diri mama.... "

******

papa sedikit terkaget ketika aku menaruh gelas air besar di meja tempat dia tertelungkup tertidur .... ini jam 3 sore dan dia sudah tak sadar

"Santai bos? " Ucapku memulai pembicaraan

"nak....." Gumam Papa ringan .....

"pa...." sahutku yang terduduk didepannya ...

"apa yang kubilang soal minum ....?"

"ale ......"

"papa turun ke basement ...kunci pintu ...baru minum ......" lanjutku tergetar

"bahkan bersenang senang harus diatur ya?" kami berpandangan ,aku tau dia tidak menyukai sorot mataku

"gak akan terasa seaneh ini kalau kalian orang dewasa bisa mengatur diri kalian sendiri ....." sahutku marah .....

"apa kamu gak tahu mamamu kalo lagi marah ....." belanya dalam mabuk

"dia marah merepet ...papa marah mukul ....papa direpetin kesal ....mama dipukul mati .....bagian mana yang gak jelas?"

"kan gak sampe mati ,papa mukulnya le..."

"oh ...harus sampe mati dulu?" aku melipat tangan dan memandanginya penuh kebencian

"kalo papa pikir dengan kayak gini papa bisa lari dari masalah ...papa pikirin lagi deh ...."

"papa salah le ...jangan hukum papa lagi...." badannya meringkuk mendekap lututnya ....aku yang kelas dua SMP dan dia yang terlihat seperti anak kecil ....

"aku anak kecil dan papa lagi mabuk ...itu artinya gak ada yang bisa buat keputusan yang bijaksana sekarang ...."

aku mencoba mengelus pundaknya yang melengkung , dia mengangkat wajahnya yang penuh airmata

"maksudmu?"

aku mengangkat bahu " tolonglah ...paling nggak ...saat kalian berantem .... coba untuk gak saling nyakitin lagi ....kalian udah cukup menderita ....kita udah cukup menderita"

"allegro ...." Papa memeluk erat pinggangku ..aku mengelus elus punggungnya....

"dan tolong coba jangan bunuh bunuhan ...aku masih butuh orang dewasa untuk ambil raport..." papa terdiam

aku meninggalkan basement dan menutup pintu dibelakangku

*****

"kupikir kamu duduk di belakang...." wajah bocah itu tampak melongo melihat aku menaruh tas disebelahnya

baru 06.30 ...masih ada kesempatan untuk ngobrol .....murid murid lain satu satu mulai datang ...sedikit mengerenyit ketika melewati meja kami

"enakan disini ...enak angle papan tulisnya...." sahutku ringkas ...aku membuka retsluiting ranselku mencari cari sesuatu....

"angle...?" ujarnya tak mengerti

aku mengarahkan mataku dan menunjuk papan tulis ...."sudut...pandang...."

"oh sudut pandang ...." ulangnya

"iya ...hehe" dia tersenyum mendengarku

"maaf tukang sampah ...gak pernah belajar bahasa inggris...." ujarnya merendah ....

aku tertawa mendengarnya ...."makanya kita sekolah kan? biar yang gak tau jadi tau ...dan biar yang sampah ...jadi gak sampah lagi...."

kami tak sadar berpandangan .... aku mengangsurkan kotak makan berisi roti tawar isi gula buatan mama

"mau....?" tawarku

dia memandangi isi kotak ...bergantian dengan memandangiku

"emangnya gapapa?" ujarnya tidak percaya ....

"aku sarapan ini tiap pagi masih sehat sih sampe sekarang...." jawabku ...

dia kembali tertawa ....

"mauliate...." ujarnya pelan ....

"hah kenapa.....?"

"itu nama panjangku ....artinya terimakasih ..." ujarnya sambil tersenyum

....aku balas tersenyum ...

"oh kalau begitu ... mauliate juga ...mauliate..." jawabku ....

"buat apa ....?" Ate balas bertanya

"untuk ngebolehin aku duduk di tempat dengan view paling bagus di kelas..." cengirku ....

dia menunduk dan tersenyum ....

"tapikan aku bau ....." lirihnya lagi ....

aku mengibaskan tangan " wajar kok ...anak anak kaya ini aja yang kagetan ....santai aja ..."

"kamu tahan?"

"kalo aku gak tahan aku pindah, gimana?"

dia mengangguk pelan pelan , wajahnya sedikit murung

"aku tahan kamu bau, tapi kalo kamu cemberut aku gak suka ah..." dengusku ...

"aku gak pengen kamu pindah" lirihnya...

"aku gak pengen kamu cemberut" balasku ...

kami berpandangan

"oke deal ...." ujarku sambil mengacungkan kelingkingku

"hah?" matanya mengerjap tidak mengerti

...aku lalu menarik tangannya dan mengaitkan kelingkingku dengan kelingkingnya ...

"oke ...sepakat....." ujarku ....

Lihat selengkapnya