Tinggal beberapa bulan lagi Lucy akan naik kelas dua belas. Sebelum masa itu tiba, seluruh sekolah sibuk dengan kegiatan class meeting. Namun ada sesuatu yang lebih spesial, sekolah akan kedatangan tamu karena sekolah menjadi tuan rumah dalam pertandingan futsal.
Lucy mencari kesibukan lain agar bisa melupakan sakit hatinya. Dan dia tidak bisa menemukan Zidan seperti dulu, pemuda itu hanya berdiam diri di kelas, tidak banyak bicara atau melemparkan lelucon seperti biasanya. Dia ... seperti melupakan teman-teman sekelasnya.
“Kudengar, teman masa kecilmu, si El itu akan melawan SMA kita?” tanya Violet sembari memainkan sedotan.
Lucy mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan.
“Bagaimana?” tanya Violet ambigu.
“Bagaimana apanya?” Lucy mengacakkan pinggang kesal dengan pertanyaan ambigu Violet.
“Bagaimana skill-nya dalam futsal? Apa dia hebat melebihi Ali?”
Lucy menggidikkan bahu. “Aku tidak tahu, dia pernah mengatakan ingin menjadi hakim. Entah kenapa dia sekarang tertarik pada olahraga.”
Violet hendak membuka mulutnya untuk bertanya, namun Lucy cepat-cepat menyela.
“Jangan tanya-tanya tentang El lagi, kau nanti bisa jatuh cinta, dia pemuda yang bisa membuat siapa saja jatuh cinta. Kau kan sudah punya Ali.” Lucy mencoba menggoda.
Violet memasang wajah kesal. “Bukan begitu.”
Lucy tertawa, Violet diam-diam mengangkat sudut bibirnya ke atas, setidaknya temannya itu sudah bisa melupakan kenyataan bahwa dia pernah tersakiti karena cinta.
“Kapan pertandingan futsalnya dimulai?” tanya Lucy polos.
“Kau tidak melihat jadwal?” Lucy menggeleng. “Pertandingannya besok, maka dari itu Ali berlatih sangat keras hari ini.”
“Besok? Baguslah, aku ingin bertemu El, aku sudah merindukannya.”
***
Keesokan harinya, Lucy dan Violet sudah duduk manis di kursi lantai tiga, walaupun pertandingannya berada di lantai satu. Violet yang mengajak Lucy untuk naik, katanya kalau di atas bisa melihat dengan leluasa dan di sana sepi, jadi tidak akan ada orang yang berteriak-teriak di dekat telinganya, karena Violet tidak menyukai kebisingan.
“Kita menunggu di sini seperti orang bodoh,” celetuk Lucy.
“Ayo kita turun dulu, aku tahu kau mau menyemangati Ali, dan kau malu untuk mengatakannya. Sana pergilah!” Lucy membuat gerakan mengusir Violet.
“Dan kau?” tanya Lucy.