Euforia

Varenyni
Chapter #20

19. Masa Lalu

Sepulangnya dari Cafetaria, benar saja Lucy sudah menemukan El yang berada di rumahnya, dia duduk di sofa dengan kaki diselonjorkan, seperti berada di rumah sendiri. El tampak bersunggut-sunggut kali ini, saat Lucy tanya kenapa dia membuat ekspresi menakutkan seperti itu, dia menjawab kalau dia lelah menunggu Lucy untuk pulang. Bayangkan saja, berjam-jam!

“Apa kau sudah menemukan kekasih baru hingga melupakan aku?” tanya El tiba-tiba, masih bersunggut-sunggut.

“Ti-tidak.” Lucy menggeleng keras.

El memajukan bibirnya. “Kau bilang tidak, tapi tubuhmu mengatakan sebaliknya.”

El mengganti posisi kakinya, lantas duduk lebih tegap. “Apa kau bertemu dengan Zidan? Dia sudah ingat semuanya?”

Bukannya menjawab, Lucy memikirkan opsi lain, bagaimana bisa El tahu semua yang dialami Zidan, padahal mereka berada di kota yang berbeda dan Lucy sama sekali tidak pernah menceritakan tentang Zidan pada El, apalagi tentang hubungan istimewa mereka.

“Apa kau punya mata-mata di sini? Kenapa kau tahu semua tentang Zidan?” tanya Lucy dengan nada mengintimidasi—yang tentu saja tidak mempan padanya.

El mengibaskan tangannya di depan wajah, membuat gerakkan mengipas-ngipas. “Lebih tepatnya teman yang baik, teman yang mau memberitahu semua tentang Zidan, bukan mata-mata.”

Lucy dapat menebak siapa yang dimaksud El, dan dia yakin tidak akan salah tebak. Siapa lagi temannya yang mudah sekali membocorkan informasi kalau bukan Ali.

“Si kiper futsal? Ali?” tanya Lucy sekadar memastikan.

“Kau semakin pandai.” El mengacak rambut Lucy.

Lucy menyingkirkan tangan El, membenarkan rambutnya sembari menggerutu.

“Aku berteman dengan Ali sesudah pertandingan itu, aku sempat minta dia mengajariku beberapa teknik yang kurang kukuasai, dia teman yang suka membantu.”

Lucy tersenyum, lantas teringat sesuatu.

“Tapi El ... Zidan belum bisa mengingat semuanya, dia tidak bisa mengingat masa lalunya. Katanya dia hanya ingat aku—” Lucy segera meralat. “—kami teman-temannya, guru-guru dan semua informasi beberapa tahun belakangan ini.”

“Dia ... tidak mengingatku?” tanya El dengan nada getir.

Lucy menggeleng. “Dia belum mengingatmu, bukan tidak mengingatmu. Tunggu saja waktu yang tepat, dia pasti akan mengingat semua tentang masa lalunya .... Juga kecelakaan yang membuatnya membenci bundanya, semua itu hanya kesalapahaman.”

“Dia belum mengingat kecelakaan itu?”

Lucy menggeleng.

“Dan apa maksudmu hanya kesalahpahaman?” tanya El.

“Kau selama ini juga menganggap Bunda yang salah, ‘kan?”

El mengangguk ragu.

“Kau juga rupanya tidak mengingat sepenuhnya, ada beberapa bagian yang kau lewatkan. Beberapa bulan lalu, aku menjenguk Zidan saat dia mengalami kecelakaan, kau pasti tahu tentang ini, mata-matamu pasti memberi tahu. Waktu itu Bunda menceritakan semunyanya padaku,” ujar Lucy panjang lebar.

“Bunda Emil?” tanya El, seperti tidak percaya apa yang didengarnya.

“Apa kau mau aku menceritakannya?”

El mengangguk, mengambil bantal di sofa, lantas menopang dagunya dengan tangan, hal itu mengingatkan Lucy pada masa kecil mereka saat Mama Lucy menceritakan dongeng dan El yang paling bersemangat.

***

Sembilan tahun lalu.

Saat itu El dan Zidan masih duduk di bangku SD, kelas tiga tepatnya. Rumah El Fahmi dan Zidan hanya berjarak dua rumah, terletak di dataran rendah dengan suasana perdesaan yang sejuk dan menyenangkan. Semuanya berjalan dengan lancar sesuai harapan, tetapi hari itu datang.

Tanpa mengganti seragam sekolah, El Fahmi sudah berkunjung ke rumah Zidan, mengajaknya bermain, dan Zidan tentu saja tidak bisa menolak.

“Bunda! Aku main di luar ya!” seru Zidan.

Emilia yang saat itu menyapu di ruang tengah berseru, menyuruh El dan Zidan masuk terlebih dahulu. Di luar sedang panas-panasnya, matahari berada tepat di atas kepala, jam dua belas siang. Sedikitpun angin tidak menghampiri.

“Kenapa Bunda?” tanya Zidan dan El bersamaan.

“Di luar panas, Nak.” Emilia berjongkok, mengacak pelan rambut kedua bocah itu. “Kalau kalian hitam gimana? Nanti Bunda dimarahi Mamanya El dan Papa, kalian tidak sedih?”

Lihat selengkapnya