Eunoia

Name of D
Chapter #2

Fragmen Pertama : Kosong

Matahari mulai merambat ke langit dunia. Bergabung pada siklus alam raya. Menunjukkan dirinya selalu hadir pada waktunya. Untuk mengganti hari yang lalu dengan hari yang baru.  

Pada pagi buta ini aku masih tidak tahu harus berbuat apa. Pergi ke sekolah tanpa motivasi yang cukup untuk mampu membuatku bergairah. Jika matahari terbit demi menuntun jasad pada hari-hari baru. Ruhku malah tersangkut di kisah-kisah masa lalu. Sungguh tidak mengenakkan.

Sering kali aku iri melihat teman-teman yang teramat semangat melangkahkan kakinya ke sekolah. Hasratnya mengebu-gebu dalam reaksi pembelajaran. Kejelasan motivasi untuk bersekolah, sayangnya aku tidak punya hal yang demikian. 

Sebagian yang lain begitu saling akrab, menjalani secercah peristiwa lalu mengikatnya dalam memori bersama. Bagi sosok kali ini, hasratnya untuk menjejalkan kaki di sekolah ialah sosok yang lain yang saling terhubung antara satu dengan banyak yang lain, yang umumnya disebut tali pertemanan. 

Namun tetap saja, gelang-gelang pertemanan pun masih belum mampu membuat gairahku pasang. Sekolah tetap saja sebuah tempat membosankan. Sekedar memindahkan tempat tidur dari kasur empuk di rumah ke meja kayu di kelas. 

Sepertinya aku telah terjangkit malas akut stadium akhir. Hidup tanpa motivasi, tanpa orientasi hidup. Cara hidup yang menyedihkan. Namun demikian tetap saja teman-teman senantiasa mengakrabkan diri, dan entah kenapa sepertinya mereka cukup menyukaiku. Dugaanku sementara mungkin karena aku sering tersenyum kecil, meskipun senyum itu hambar tapi siapa sangka senyum hambarpun sedikit mampu mengakrabkan. Asal kau tambahkan sedikit keikhlasan di dalamnya. Dia mampu menjadi pengganti dari kata-kata panjang untuk pendekatan.

Aktivitas sekolah yang berjalan seperti pada umumnya. Jam-jam pelajaran kian berganti. Matematika, fisika, seni, bahasa, olahraga, semua terasa biasa. Tidak ada percikan-percikan antusias yang timbul. Semenjak terpisah jauh dari ibunda tercinta, aku tak tahu harus apa, harus bagaimana. Patah semangat, linglung akan arah hidup. Bergerak sekedar mengalir dengan arus kehidupan. Bagaikan puisi sederhana. Laksana sungai yang tidak pernah tau kemana muaranya. Hanya mengikuti jalan di mana semesta meletakkanku.

***

Apa yang aneh? Seakan ada lubang di jiwaku. Tidak peduli seberapa keras mencoba mengisinya, ia selalu terasa kosong. Seperti ada yang hilang dari diriku. Apa yang salah? Aku seperti melihat dunia dalam kaca hitam dan putih. Layar TV tua yang keabu-abuan. Semuanya terlihat tidak menarik dan membosankan. Lupa rasanya benar-benar bisa tertawa. Benar-benar bisa tersenyum tanpa kepalsuan rupa.  

Bukankah sejatinya dunia ini indah. Lantas kenapa aku sulit menemukannya. Mungkin kurang bersyukur. Entahlah, mungkin. Apapun alasannya, aku hanya ingin ditemukan atau setidaknya menemukan.

Jam istrihat dan angkasa cerah. Semoga saja ada yang turun dari langit membawa sesuatu yang bisa mengubah cara pandangku. Membangkitkan motivasi hidup baru untukku. Ah, bodoh sekali aku. Apa yang sedang kupikirkan.

Pada kehidupan ini tidakkah keinginan mustahil bisa datang hanya dengan berkhayal. Jangankan ilham dari Yang Maha Kuasa, sekarang yang turun dari langit hanyalah hawa hangat yang menyusupi partikel kulit. Molekul unsur atmosfer yang memang dicipta supaya aku hidup, hidup dalam rasa putus asa. Putus asa yang aku ciptakan sendiri.  

Bersama oksigen, angin membungkus setiap keramaian. Hilir mudik bergantian menggodaku. Menggoda, huh? Aku tidak tertarik. Kalian dingin, sama seperti kehidupan. 

"Eza!"

Seorang gadis menyentuh telingaku. Gadis yang manis namun sedikit terpapar kejantanan sifat lelaki. Kata teman-teman begitu. Bagiku tidak demikian. Ia hanya tidak sefeminim kebanyakan gadis seusia kami. Mungkin aku lebih suka menyebutnya unik. Tapi Joe bilang seleraku buruk. 

"Ini undangan camp untuk ekskul basket." sambil menyodorkan undangan.

"Hah? kami diajak juga ya, Elf? Bukannya ekskul kami masih ilegal. Belum ada legalitas dari sekolah?"

Tawa lembut mengudara dari bibir merahnya, "OSIS sepakat untuk ngundang ekskul basket juga di camp, kan ini ajang untuk mempererat hubungan antar ekskul, Za. Kalian kan bagian dari ekskul juga.

Lihat selengkapnya