Gara-gara ide itu aku begadang semalaman. Adrenalinku bergeliat-liat tidak sabar menunggu pagi. Isi kepala ini sibuk menerka-nerka jalan cerita esok hari. Sampai-sampai kugunakan metode visualisasi pikiran agar rencana berjalan lancar. Metode psikologi tentang semacam semesta mendukung, bahwa bila kita memiliki keinginan tindakan, kita hanya perlu membayangkan setiap detailnya: perilaku, rasa, nuansa, suasana, bentuk, warna, aroma, semua yang mampu ditangkap panca indera. Dengan membayangkan dan merinci semuanya.
Dengan begitu energi positif pikiran akan memvisualisasikan khayalan pada masa depan atas apa yang kita inginkan di masa mendatang. Sehingga kita memiliki pengetahuan sebelum peristiwa itu terjadi, mirip terserang deja vu. Rangsangan sederhana untuk gyrus dentatus.
Agak berlebihan jika dikatakan "membentuk masa depan," sebenarnya cara ini sekedar mensintesis pikiran positif pada diri. Sebuah sugesti semangat dan memprediksi tindakan-tindakan apa saja yang mungkin terjadi. Kuharap usaha ini akan menjadi kesan yang istimewa.
Kubuka sesi curhat dengan Elvisa. Via short message service. SMS. Bagian dari plot yang telah disusun rapi. Konyol betul. Kukatakan kalau aku sedang jatuh hati pada seseorang. Ingin mengungkapkan perasaan yang sudah lama kupendam melalui suatu mediasi. Butuh bantuan dan Elvisa bersedia.
***
Keesokan siang, saat jam istirahat. Seperti biasa, aku menggunakan waktu istirahat seefesien mungkin, tidur siang seyenyak-nyenyaknya. Tidak berselang lama Elvisa datang dan mencolek-colek membangunkan.
"Kemarin katanya ada yang mau kau kasih liat, Za?"
Percaya tidak percaya atau aku masih setengah mimpi. Kelas sepi. Situasi yang dialami persis yang dibayangkan semalam. Apa mungkin teknik visualisasi pikiran benar-benar berfungsi.
"Oh ya, Elf. Ada video yang mau kukasih liat. Minta sedikit masukkan."
Seharusnya tindakan selanjutnya yang Elvisa lakukan ialah bertanya penuh penasaran.
"Video apa, Za?"
Terkesiap. Mirip dengan apa yang telah kubayangkan. Bukan main metode psikologi ini. Mengapa tidak dari dulu kucoba. Kenapa hal-hal seperti ini jarang sekali dipublikasikan dr. Boyke.
"Aku buat video, mungkin kuputar di acara nanti. Untuk temanlah...wanita," bibirku tersenyum malu, begitu juga hatiku.
"Tak usahlah kusebutkan namanya." Senyumku makin lebar. Kubuat Elvisa makin penasaran.
Garis wajah Elvisa membentuk ruas simetris. Keningnya berkerut. Tampak ia terpancing.
"Syafira?"
Aku hanya tersenyum kecil. Sambil membongkar file-file di komputer, mencari folder video yang semalaman kurangkai. Semoga menjadi efek kejut perasaan yang mengesankan nantinya.
Wajah Elvisa mendekat ke samping. Matanya fokus ke layar laptop. Jantungku berdegup kencang. Jariku macam terjangkit stroke dadakan, kaku, sulit degerakkan. Sangat tak bersahabat.
Sekali lagi kutatap Elvisa. Wajahnya pias penuh ketertarikan. Dipikirannya pastilah takkan menyangka sebenarnya video yang dirangkai ini untuknya. Demi mengesankannya. Dan hendak kuputar...
"Boy, ada film baru?" Kojek tiba-tiba menyempil masuk. Berdiri di samping, tanpa aura, mengoyang-goyangkan alis.
Akh, kenapa datang di saat begini. Kehadiran Kojek merusak alur rencana yang telah kususun rapi. Wujudnya berada diluar bayangan, jauh di dalam lubang hitam. Teknik visualisasi pikiran sudah tidak berbentuk lagi sekarang. Hancur berantakan. Mungkin situasi tadi hanya kebetulan belaka. Ilmu-ilmu tentang sugesti pikiran memang kerap kali dilebih-lebihkan.
"Ada nggak, Boy?" Menepuk-nepuk pundakku.
Tidak sadarkah ia, aku sedang benci setengah mati dengannya. Tidak lihat dia rupanya beberapa kode lirikan mataku agar ia segera menjauh sejenak. Gerakan mata yang bertuliskan:
Nanti semua film akan alokasikan seluruhnya padamu, jika perlu silahkan laptopku bawa pulang. Tapi sekarang, tolong berikan aku waktu berdua dengan Elvisa.
Kojek tertegun. Melihatku dalam-dalam. Lalu melirik Elvisa. Kupandang lagi ia dengan sorot mata dendam kesumat. Biar segera enyah dari muka bumi.
"Oh, oke Boy. Aku paham, aku paham." Manggut-manggut macam kena penyakit ayan.
Serta-merta menunjukkan dua jari. Maksudnya:
Kau ingin berdua dulu kan. Oke Boy, akan kuturuti inginmu.
Aih, pintar betul temanku yang satu ini. Dua jempol.
Sekali lagi Kojek mengangguk takzim. Tersenyum pada Elvisa. Lalu menggapai laptop, membawanya dan beranjak pergi. Meninggalkan aku dan Elvisa berdua. Persis permintaanku.
-_-
***