Entah semenjak kapan jika mendengar angin berhembus, aku selalu terhenti sejenak. Mengingat-ingat bagaimana suara ibuku. Itu sendiri juga dikarenakan aku pernah hilang di pantai dan ibulah yang menemukanku. Ibu adalah seorang yang pendiam. Dibandingkan berkata-kata, aku lebih sering melihat senyumnya.
Beranilah mencoba.
Nasehat yang sering dikeluarkan ibu sambil menatap mataku lekat. Kemudian mengusap-ngusap rambutku. Dan aku selalu bertanya-tanya dalam benak. Apa yang ibu maksud?
***
Masih ada waktu 2 bulan lebih sebelum Tes Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sadar IQ dan wawasanku di bawah batas kewajaran, aku rutin belajar untuk menyiapkan amunisi demi menjawab soal-soal ujian nanti. Banyak dari teman-teman yang ikut les agar persiapan mereka lebih matang. Sedangkan aku celaka betul, saat ditawari ayah untuk ikut les, aku merangah. Kubilang belikan laptop baru saja. Dan alhasil uang jatah lesku malah diinvestasikan ayah untuk usahanya. Aih, menyesal pula aku gara-gara itu.
Dikala banyak orang sibuk mencari jasa les yang tepat dan terpecaya, Joe justru sesumbar tidak ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri.
"Malas aku les, Boy. Aku nggak minat kuliah negeri. Swasta aja." Provokasinya pada anggota basket.
Saban sore, setelah bernegosiasi dengan Elvisa -dengan banyak rayuan yang membabi buta- akhirnya ia memperbolehkanku jadi supir pribadinya. Menjemputnya sepulang les. Apakah aku diperbudak? Tidak, akulah yang menghambabudakan diriku sendiri padanya. Justru ini kesenangan tersendiri untukku. Lagi pula selalu khawatir saat ia pulang sendirian selepas les dan ada beberapa keberuntungan ketika aku menjemput Elvisa.
Pertama, aku mendapatkan waktu lebih lama untuk berbincang dengannya. Kedua, rasa rindu yang kadang kala mengendap dapat memuai dengan sendirinya dan hanya menyisakan aroma-aroma bahagia. Ketiga, setidaknya ada rasa lelah Elvisa yang terkurangi. Setelah rutinitasnya yang seharian, tidakkah jauh lebih mudah dan nyaman jika aku yang mengantarnya pulang. Lalu yang keempat, jika sehabis try out kuminta copy-an soal-soalnya untuk kukerjakan sendiri di rumah. Hal ini dikarenakan memang aku tidak mengikuti les manapun. Namun tetap saja, akan konyol bila tanpa persiapan nantinya saat menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Satu-satunya cara yang terpikirkan olehku cuma meminta salinan soal-soal dari Elvisa.
Melihat kekasihnya yang idiot tak terkira, terlunta-lunta mengerjakan soal tapi tak kunjung paham, Elvisa iba. Ditawarkan jasa pengajarannya. Private tutoring.