Eunoia

Name of D
Chapter #31

Fragmen ke-28: Ujian Masuk Universitas

Semenjak di sekolah dasar, tepatnya kelas 4 SD, aku sudah terpukau dengan cara kerja komputer. Terutama bagian programing. Hal ini terus kupupuk dan berkembang sampai sekarang.

Tak dinyana, saat kuutarakan niat pada ayah ingin berkuliah di jurusan Teknologi Informatika dan Jaringan, ayah murka. Entah apa yang mendasarinya. Mungkin jauh-jauh hari ia sudah mempunyai rencana sendiri untuk anaknya. Berkuliah di bidang Pertanian. Karena dirinya sendiripun bergerak di sektor perkebunan.

Berunding beberapa kali, ayah tetap berkeras, aku pun sama. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kalau sudah ada yang tinggi suaranya, meletup-letuplah emosi anak beranak. Gagal, kucoba strategi lain. Bicara dari hati ke hati. Tetap tidak jumpa titik tengahnya. Kusogok pakai makanan kesukaannya, efeknya hanya mengubah moodnya sedikit sambil bertanya sentimen dapat uang dari mana. Padahal tak pernah sekalipun aku berkecimpung dalam dunia gelap percolongan atau yang semacamnya. Keputusan ayah atasku tampaknya sudah final dan tidak bisa diganggu gugat.

Berkali-kali aku membujuk juga tidak mampu menggetarkan pendirian Ayah. Bila keras kepala Ayah bisa disintesa dalam bentuk material nyata. Jangankan batu bata, marmer pun kalau diadu dengan keras kepalanya pasti hancur jadi remah-remah.

Panjang untuk memikirkan keputusan sulit itu. Melihat Ayah yang satu-satunya orang tuaku, akhirnya aku menyerah pada putusannya. Walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya kulepaskan harapan masa kecilku. Yang kutahu takdir punya jalannya sendiri untuk membimbing pemerannya.

***

Pagi hari Joe menelponku, bertanya hal yang penting.

Joe: Za, sibuk?

Aku: kagak. Kenape?

Joe: Bantu aku sedikit bisa?

Aku: ape tu?

Joe: ajari cara daftar SNMPTN?

Apa-apaan ini. Kemarin sesumbar tidak mau ikut ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. 

Aku: Jangan bilang kau yang mau daftar Joe?

Joe: Untuk aku memang. Jangan kau bilang-bilang sama yang laen, Za! Mau taruh dimana mukaku nanti. Malu aku!

Aku: Kau pula nyari pasal. Lagi pula mukamu memang uda memalukan dari dulu, Joe.

Joe: alah, kau 11-12 nya sama aku. Iyalah, salah aku. Bantu aku, Za.

Hari itu juga Joe mendaftar ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sementara bila bicara tentang kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di depan teman-teman, wajahnya masih pongah macam ular kobra. Lempar batu sembunyi tangan.

Lihat selengkapnya