Eunoia

Name of D
Chapter #49

Fragmen ke-44: Pernikahan

Agenda pada penghujung akhir tahun biasanya cenderung bertambah. Sebagian aktifitas sosial masyarakat mengalami transfigurasi. Terutama bulan November dan Desember. Misalnya saja KUA, pada bulan-bulan penutup tahun kesibukan di sana jadi berlipat ganda. Pendapatan Tuan Kadi dan omzet percetakan juga menanjak naik rata-rata 10-25%. Orang-orang pengangguran tak luput kena dampaknya. Mulai sibuk mengantarkan undangan satu-persatu. Semua hal ini dikarenakan pada bulan-bulan tersebut intensitas orang kawin meningkat.

Saudaraku salah satunya. Undangan bertinta emas datang ke rumahnya. Sehabis membaca undangan itu lara tempias di wajahnya dan tiba-tiba ia bersimpuh di hadapanku minta ditemani ke pesta...pesta pernikahan mantannya. Ah, mantan...mengingatkanku pada sesuatu saja. 

Kedatangannya ditunjukan sebagai hadiah perpisahan, alasannya padaku. Eleh, dari nadanya saja aku tahu dia cuma berkilah. Belum tahu dia melihat mantan di pelaminan dapat menyebabkan galau akut, patah hati terparah, nelangsa stadium tinggi, duka berkepanjangan, kejang-kejang karena putus harapan, gangguan mental, terbaring lunglai dua bulan di tempat tidur macam Zaenuddin tokoh serial novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dirundung lara berminggu-minggu lamanya, terkurasnya air mata dan maraknya bisikan setan mengajak ke alam baka. Saranku, jangan nekat Boy. Kecuali ilmu Rawah Rontekmu sudah di kasta kesaktian tingkat tujuh. Kebas dan mati rasa. Tapi ia berkeras.

Sesuai dugaan, melihat mantannya tersanding dengan orang lain -yang lebih tampan pula- mata saudaraku berkaca-kaca namun dibalut perih sedihnya dengan menyunggingkan senyum getir. Aku mengamatinya dari tempat tamu sambil makan rendang. Berjalan ia bagai tentara yang baru pulang dari medan juang. Gagah nan perkasa. Padahal batinnya menjerit, meronta-ronta, tersayat putus asa. Derap langkahnya menghunus satu belati ke titik jantung. Setiap satu langkah, satu belati menancap. Menikam kenangan yang sudah jadi sejarah. Kemudian menyalami sang mempelai pria dengan tangisan di hati.

Sepulang dari pesta, kuajak dia ke sebuah taman. Kenapa? Sebab pria selalu butuh ruang setiap kali dilanda masalah. Singkatnya, ditinggal menikah oleh kekasih pujaan sejatinya adalah salah satu masalah terberat. Maka layak ruangnya harus lebih lapang dan lebih luas. 

Lihat selengkapnya