Eunoia

Name of D
Chapter #53

Fragmen ke-48: Metamorfosis Tak Sempurna

Pusara ibu tertabur bunga kamboja. Kuntum yang kehabisan masanya, rakitan ajal dengan sukma yang telah mengering pada guguran pohon yang selalu diabaikan dunia. Aku bersyukur telah melakukan apa yang memang semestinya kulakukan. Lambat laun bisa kuterima semua peristiwa yang sudah terjadi. Sedikit meski perlahan sepertinya aku berevolusi dari budak penggerutu menjadi seorang hamba yang tahu diri. Toh, semua kisah sudah digariskan di langit lama sebelum tata surya tercipta.  

Mungkin sempat aku memikirkan banyak kemungkinan ini dan itu. Jika tidak melakukan ini dan itu, mungkin akan ini dan itu. Namun, hal ini layaknya dihentikan, karena setiap apa yang terjadi di semesta raya ini, sekalipun guguran sehelai daun di hutan belantara Amazon sana terjadi sesuai mata rantai takdir yang telah diizinkan Allah. Sekeras apapun kita menggenggam sesuatu, jika Allah takdirkan untuk pergi maka kelak ada saja sebab yang membuat kita melepasnya. 

Entah sudah berapa lama, ini entah sudah tahun ke berapa, bulan ke berapa. Meski tidak signifikan hatiku mulai pulih sedikit demi sedikit. Sepantasnya ia bersantai setelah bertahun-tahun lamanya bekerja keras tanpa istirahat. 

Sesekali bayang-bayang ekspresi wajah Elvisa masih muncul dalam malamku. Saat dimana aku memberikan kameranya di antara basahan rintik hujan. Ia yang menyodorkan coklat dan aku yang menerimanya malu-malu. Senyum pertama yang aku menangkan setelah sekian lama aku tak pernah berusaha untuk sesuatu hal. Ajaib setiap rinci momen itu masih lekat di kepalaku tanpa terkikis waktu sedikit pun.

Teman-temanku bilang bahwa dalam waktu dekat ini Elvisa akan bertunangan. Sorot pandangan mata mereka menunjukkan rasa empati, seperti ingin mengatakan, "Sabar ya," tetapi segan. Kuhargai rasa simpati mereka. Aku tersenyum ramah sambil mengangguk. Tenanglah kawan...sedikitnya aku mulai mahir melepaskan sesuatu. 

Segala kenangan letaknya memang di kepala. Tapi frekuensi rasanya di hati. Yang perlu kulakukan bukanlah menghapus setiap kenangan. Tapi meminta ke Tuhan agar frekuensinya dihilangkan.

Aku mengepak sebuah kardus, sebagai liang lahat barang-barang peninggalan Elvisa. Para detonator sekaligus mesin waktu untukku menyebrang ke masa lalu. Origami burung berwarna hijau, uang kertas 100 rupiah berseri GOM239290, sebuah baju, beberapa puisi, satu tangkai batang permen yang permennya telah habis kumakan sejak lama, gelang hitam atas janji yang sudah berpulang keharibaan Ilahi, dan sebuah buku buatan tangan darinya.

Kupandangi lagi buku itu. Buku yang Elvisa rangkai dari barang-barang yang pernah kuberikan. Bersampul kertas kado dari hadiah yang sempat kupersembahkan untuknya. Tidak kusangka bukan dibuang, malah ia simpan dan dikembalikan padaku dalam bentuk yang amat unik dan penuh daya rangsang untuk mengenang kenangan. Buku itu dia berikan ketika aku dan ia makan bersama kala itu. Hadiah atas hubungan kami yang semestinya sakral. Namun sayangnya tidak, dunia dan langit berkata lain.

Kemudian nekat kubuka lagi lembar pertamanya. Tertulis kalimat:

Assalammualaikum wr.wb :)

Sebelum anda membaca buku ini...

Diharapkan anda dapat tersenyum terlebih dahulu.

Dan diharapkan anda dapat mengulas kembali memori ingatan anda di masa lalu...!!!

Mengulas? Hampir tiap malam selama bertahun-tahun kulakukan itu. Memori di kepalaku bahkan hampir penuh gara-garanya.

In this part...!!!

You will see...!!!

A little piece of my troublesome

"So" Let's check this out!!!

Tertulis di lembar kedua. Aku tersenyum kecil. Terbayang wajah cemberutnya yang selalu berhasil merangsang diriku untuk mengganggunya. Pada halaman berikutnya, ada fotoku dengan Elvisa sehabis praktik berenang ketika SMA. Wajahnya tersenyum ceria sambil menggandeng diriku yang malu-malu.  

Jreng Jreng Jreng

Remember it? Hehe....Foto ini diambil tanggal 12 Februari 2012.

           Proses pengambilan;  

Aku: "Eza, foto yok!"

Eza: "(geleng kepala)"

Aku: "Ayoklah...!!! Ipeh fotoin kami."

Dan Taraaaa....!!!

Sebenernya ini foto bertiga sih, disampingmu harusnya ada Kojek. 

Haha...tapi gak apa-apalah di crop juga gak jelek-jelek amat.

Dan tepat di satu tahun satu hari pengambilan gambar ini, kita jadian... 

Haha... Selamat ya...!!

Lucu mengingatnya kami pernah melewati fase demikian. Waktu di mana kami tidak perlu memikirkan banyak hal. Tidak mengetahui berbagai hal. Di mana kami merekat tanpa perlu adanya bantuan gaya adhesi. Saling mengisi tanpa perlu khawatir tentang luka hati. 

Kubalik lagi halaman buku. Kali ini foto candid. Aku yang tersandar duduk. Dengan ekspresi tak acuh lingkungan seperti biasanya. 

Next...!!!

10.02.2012

So!!! Naturally.

Entah sifat atau memang alergi sama kamera. Untuk mengambil satu foto dirimu membutuhkan tenaga ekstra, tapi bagi siapapun yang telah mengambilkan foto ini menggunakan kameraku;

"AKU SANGAT BERTERIMAKASIH."

Lihat selengkapnya