Lacuna

deliaafebri
Chapter #3

Alpha: si bintang penyimpan rahasia

Alpha's POV

Alpha Centauri Wiryatama, itu nama lengkap gue. Darah blasteran Korea-Indonesia. Ayah Indonesia dan ibu Korea. Banyak yang bilang gue itu perpaduan yang pas antara ayah dan ibu gue, tapi gue berpikir sebaliknya. Setelah gue tau yang sebenarnya.

Ini adalah hari pertama gue masuk sekolah. Sekolah ini adalah milik ayah gue, lebih tepatnya dia sama dua temannya yang buat. Karena dia berteman dengan dua orang dari berbeda negara, yaitu Indonesia, Korea, dan Italia. Ayah gue menetap untuk mengurus sekolah disana, sedangkan di sini yang mengurus adalah temannya. Gue si belum pernah ketemu sama temen ayah itu, tapi yang gue denger dia jadi kepala sekolah di sini.

Ayah menetap di apartemen nya, sedangkan gue tinggal sama Oma dan juga Anya, sepupu gue yang beda satu tahun. Lebih tua gue pastinya. Kalian bingung kenapa gue bisa dengan lancarnya ngomong 'gue-lo' ? Oke, gue jawab karena gue gak pernah putus kontak sama Adi Sugara, sahabat gue dari belum punya bulu. Dan kalo ngomong sama tuh anak gue pake gue lo. Umur gue 19 tahun, tinggi 185 cm berat 69 kg, warna rambut hitam-kecoklatan.

Ada beberapa rahasia yang gue simpen sendiri. Rahasia yang membuat siapapun bakal kasihan dan mandang gue seolah-olah gue orang paling sedih di dunia. Gue gak mau orang memandang gue kaya gitu. Karena nama gue adalah salah satu nama rasi bintang, dan bintang itu bersinar sendiri tanpa matahari. Maka dari itu, gue gak mau bergantung sama orang lain, kecuali tuhan gue sendiri.

"Alphaaa!!"

Itu teriak sepupu gue, Brhieta Zevanya. Panggilannya Anya.

"Apa."

"Ayo sarapan! Oma udah nungguin di bawah!" ucap Anya sambil gedor-gedor pintu.

"Sabar woy! Rusak entar pintu gue!"

Udah dulu deh, gue mau berangkat sekolah. Cukup sekian dulu perkenalan kita. Wassalam.

Alpha's POV end

Brak!

Pintu di buka dengan tidak selownya oleh seorang Alpha Centauri. Di depanya nampak seorang gadis berkacamata yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang dan menampilkan wajah yang kurang bersahabat.

"Kal--"

"Gak usah banyak bacot! Males gue ngeladenin bocah kaya lo!" ucap Alpha sambil berjalan mendahului Anya.

*****

Alpha tengah berada di ruang makan kali ini. Sambil menunggu Anya membawakan sayur untuk sarapan. Ia membuka buku-buku yang kemarin ia pinjam di perpustakaan daerah untuk di pelajari. Alpha cukup pintar dalam pelajaran. Di sekolahnya yang dulu, ia bahkan bisa melampaui anak-anak kutu buku Seoul yang bersekolah di tempatnya, yang selalu membawa tas besar dan dengan buku-buku di tangannya. Bahkan mereka sampai heran kenapa Alpha yang setiap hari terkadang tidak membawa buku itu bisa mengalahkan mereka.

Ia sedang sangat fokus sampai suara seorang wanita mengagetkannya.

"Siap bersekolah di Indonesia?" tanya wanita itu dengan anggunya, sambil memperhatikan pergerakan Anya yang sedang bolak-balik dapur untuk membawakan makanan.

"Siap tidak siap Alpha harus siap!" ucapnya dingin. Membuat Anya yang mendengarnya mendelik tak suka, berani-beraninya dia berkata dengan nada seperti itu pada omanya.

Anya seperti akan protes sambil memegang centong sayur untuk di pukulkan ke kepala Alpha, namun ia urungkan karena omanya menahan tangannya sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah, kamu berangkat sama Anya ya. Oma sedikit tak enak badan. Gak bisa antar kamu ke sekolah." jelas nya.

"Gak ada juga yang minta di anterin." jawabnya lagi sambil menyeruput segelas susu di meja.

Karena beginilah Alpha, walaupun ia tahu omanya yang membantu nya kembali ke rumahnya, bukan berarti ia akan bersikap hangat kepada omanya. Karena bagi Alpha tak akan ada yang bisa ia percayai selain dirinya sendiri, tak ada yang perlu dikasihani selain diri sendiri.

Setelah semuanya beres, keluarga itu mulai memakan makanan yang sudah tersedia di meja, hanya suara dentingan sendok yang beradu yang menemani sarapan mereka seperti biasanya. Namun bedanya sekarang mereka bertiga bukan berdua seperti biasa.

"Alpha soal ibumu---"

Trang!

Alpha meletakkan sendok itu dengan kasar hingga menimbulkan bunyi cukup kuat. Setelah itu ia meminum air putih di gelas itu dan berlalu begitu saja dari hadapan dua wanita di depanya.

"Alpha!" Anya sudah tak bisa menahan amarahnya. Perilaku Alpha sudah kelewatan baginya.

"Minta maaf gak sama Oma!" bentak Anya. Alpha berhenti berjalan. Dan menengok.

"Siapa lo berani ngatur gue?!" ucapnya sinis sambil menaiki undakan tangga untuk pergi ke kamarnya.

Anya meremas sendok di tanganya. Sedangkan omanya hanya memijat kepalanya menghadapi perilaku cucunya tersebut.

"Anya antar oma ke kamar!" usruhnya pada Anya. Anya pun membantu oma untuk berjalan ke kamarnya.

Setelah mengantar omanya ke kamar, Anya kembali ke meja makan dan akhirnya memasukan sarapannya ke dalm kotak makan untuk di bawa ke sekolah, seleranya sudah hilang begitu melihat Alpha.

"Anya! Ayo kita berangkat!" ucap Alpha ramah sambil berjalan keluar rumah.

Anya mengerutkan keningnya, anak ini bipolar kah? pikirnya.

Lihat selengkapnya