Lacuna

deliaafebri
Chapter #2

Maripossa: si kupu-kupu lugu

Maripossa's POV

Assalamualaikum temen-temen!

Hai guys, namaku Maripossa Lilyana Hadiutomo, kalian bisa panggil aku Possa, sasa, lily, seterah kalian aja yang penting jangan Mari ya, sebel aku kalo pada manggil Mari, kesanya kayak ngajak gitu. Namaku Maripossa yang artinya kupu-kupu dalam bahasa Spanyol.

Aku kelas XI IPS 4 of Jakarta Internasional School, itu salah satu SMA terpopuler loh di jakarta yang pemiliknya itu dari Korea,

Italy sama Indonesia lohh, Kalau di tanya tentang otak aku bagus apa gak. Alhamdulillah lumayan, gak terlalu anjlok bisa buat mikir lah sedikit.

Teman-teman aku bilang katanya aku mirip sama bule loh! Wawwww!!! Tepuk tangan dong! Karena mukaku yang imut-imut gimana gitu, padahal aku itu blasteran Korea-Indonesia loh, mungkin itu yang membuat mereka berpersepsi aku bule, ahsyudahlah!

Aku sssuka banget sama yang namanya Novel, dan saat ini aku lagi dalam proses menulis novel yang judulnya---eh! Rahasia deng.

"Possaaa!! Turun nak ayo sarapan! Abis itu berangkat!" yahh Aunty-ku tersayang udah manggil gaess! Kita lanjut nanti ya! Bye!!

Maripossa's POV end

Posaa turun sambil menenteng kedua sepatunya, seragam sekolahnya sejak setahun yang lalu terlihat masih sangat kebesaran di tubuhnya. Rambut pirangnya tergerai, gadis blasteran itu turun dengan senyum yang selalu terpancar dari wajahnya yang elok.

"Selamat Pagi, anty Irene!" katanya sambil mencium pipi bibinya yang sedang menata piring di atas meja, lalu beralih duduk di samping kakak sepupunya yang sudah duduk dengan nyaman.

"Pagi abang Azkaku yang ganteng!" Katanya sambil menyenggol bahu kakaknya itu.

"Baru nyadar gue ganteng?" jawab Azka sambil memasukan nasi ke dalam piring di depannya.

"Ssstt! Udah! Sana makan, Mama mau ke rumah temen Mama sebentar ya! Kalo udah selesai langsung berangkat! Possa aunty berangkat dulu ya! Mama berangkat, Assalamualaikum!" wanita bernama Irene itu berjalan keluar dengan tergesa-gesa, Rambut panjangnya yang 'cetar' bergerak kesana-kemari saat wanita itu berjalan.

"Cepet makan nanti telat kita!" ucap Azka sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Okeee!!" jawab Possa cepat, Azka terbelalak saat melihat piring Possa yang kosong.

"Cepet amat lo makan?!" tanya Azka bingung.

"Ihhh abang orang belum diisi juga!" jawab Possa kesal sambil memukul punggung kakaknya.

Azka meringis sakit sambil tertawa melihat ekspresi adiknya yang sangat imut itu. Sekitar sepuluh menit mereka menghabiskan makanan yang ada dipiring masing-masing, Azka dan Possa langsung melakukan tugas masing-masing, Azka kedepan untuk memanaskan motor dan menyiapkan sepatu untuknya dan juga milik Possa, sedangkan Possa ia membersihkan meja makan lalu mencuci piring.

"Possa! Ayo berangkat udah jam 7 kurang nih!" teriak Azka dengan serunya.

"Iya bang bentar! Aku ambil tas dulu!" teriak Possa tak kalah serunya.

Possa dengan cepat mengambil tas di ruang keluarga, ia langsung berlari ke arah luar rumahnya. Namun naas karena kecerobohannya, lututnya menabrak ujung meja kaca di ruang tamu yang membuatnya langsung berteriak sampai-sampai Azka terperanjat kaget karena teriakan adik sepupunya itu.

"Aaaaaaa!!! Aw-aw-aw! Ya allah salah apa Possa ya allah! Moly! Huaaa, Mami jatuh Moly...." ucap ya sambil terduduk dan mengelap darah yang sedikit mengalir dari lututnya, sambil memanggil-manggil kucing kesayangannya.

Azka cepat-cepat masuk ke dalam dan menemukan adiknya tengah menangis sambil memegangi lututnya layaknya anak kecil. Kucing persia berwarna oranye terlihat mengeong-ngeong ke Azka sambil bolak-balik berjalan seperti memberitahu tentang Possa.

"Astagfirullahalazim!! Possa! Udah berapa kali abang bilang kalo di ruang tamu itu jangan lari! Udah tau meja ujungnya agak somplak kaya gitu! Ngeyel si kamu!" ceramah Azka sambil mengangkat tubuh adiknya itu ke atas kursi, Possa mengelap air mata yang mengalir dari matanya dengan punggung tangannya.

"Abang... Sakittt!!" ucapnya sambil terus mengamati lututnya dengan air mata yang bercucuran.

"Diem dulu! Abang ambil kotak P3K!" ucap Azka sambil berlari masuk ke dalam.

Azka keluar dengan kotak P3K di tangannya, lelaki bertubuh jangkung itu langsung duduk di samping Possa dan dengan cekatan meletakkan kaki Possa di pahanya, tak dipungkiri kasih sayangnya kepada Possa sudah seperti kasih sayang seorang kakak kandung dengan adik kandungnya.

"Tahan! Gak usah nangis, jangan teriak!" ucap Azka sambil mengambil kasa dan memasukannya ke dalam mulut Possa.

"Gigit! Abang mau bersihin pake alkohol dulu! Agak perih, gak usah nangis tapi! Nanti kita tambah telat berangkatnya!" perintah Azka, Possa hanya mengangguk sambil terisak, sungguh Azka tak tega melihat adiknya itu seperti ini. Luka di lutut Possa lumayan dalam, darah belum juga berhenti keluar, karena meja kaca itu sedikit pecah di bagian ujungnya dan bagian itulah yang Possa hantam.

Possa bersender di lengan kursi, sesekali lututnya bergerak-gerak karena menahan sakit, matanya sudah memerah karena menangis dadanya naik turun karena terisak. Tanganya menggapai Moly yang duduk di lantai sambil melihat ke arahnya.

Lihat selengkapnya