Nara menggembungkan pipinya bosan. Gadis itu melihat halte yang mulai sepi. Ia mengayunkan kakinya untuk mengusir bosan atau sesekali memainkan hapenya sembari menunggu kakaknya itu menjemput.
"Sendiri aja, Neng?" Sapaan itu membuat Nara mendengus, sudah hapal suara ini. Gadis itu mendongak tanpa minat. Melihat seorang cowok dengan motor sport hitamnya yang terparkir tepat di depan halte.
Pemuda itu turun dari motornya setelah menaruh helmnya, ikut duduk di sebelah Nara. Nara hanya memasang wajah jutek, lalu memainkan hapenya, mengabaikan pemuda itu.
Pemuda bernama Jeremy Kavindra Mahesa atau biasa dipanggil Jeka itu sebelas dua belas dengan Adam. Sama-sama kebanggan guru plus idolanya murid cewek. Tapi bedanya, pemuda yang menjabat sebagai kapten basket itu songong-nya kebangetan, kadang terlalu baik, mantan sama pacarnya bejibun. Jeka buka tipe cowok yang suka tebar pesona kayak di novel-novel remaja, tentang playboy or bad boy, Jeka memiliki kebiasaan terlalu baik yang menerima cewek manapun yang menembaknya lalu menunggu cewek itu sendiri yang memutuskannya.
Itu satu hal yang membuat Nara tidak pernah kagum atau terpana pada pemuda itu. Bagi Nara lebih baik jadi fans Adam dibanding manusia siluman kadal seperti Jeka.
Jeka menatap Nara yang nampak serius dengan hapenya. Gadis itu hanya mencari pelarian untuk mengabaikannya. Ia tersenyum seketika. "Lo marah ya gara- gara kemarin?" Pancingnya membuat Nara mendengus keras.
"Berisik!"
"Dih, nggak usah sok sibuk. Lo udah mulai cemburu ya?" Ledeknya membuat Nara kini mendongak menoleh kearahnya lalu menatapnya tajam.
"Ingat, ya, gue tuh pacaran sama lo gara-gara Dare doang! Gue nggak punya rasa kayak fans centil lo itu, dan just for your information, gue nggak ada sedikit pun rasa cemburuan! Gue tuh cuman muak sama cara lo mainin hati cewek!" Cecar Nara dengan berapi-api.
Jeka tersenyum, menaikan sebelah alisnya. "Gitu ya?" Ucapnya lalu kembali melanjutkan, "Seharusnya kan lo nggak perlu masalahin mau kemarin gue jalan sama pacar gue yang lain kek, kita cuman pacaran karena main-main doang kan? Kenapa perlu lo pikirin? Sampai nanya status lo kemarin ke gue di depan pacar gue yang lain?" Kata Jeka telak membuat Nara yang hendak membalas ucapan cowok itu entah mengapa kembali mengatupkan bibirnya.
Kenapa?
Nara baru sadar, 'kenapa kemarin nanya gitu ya? '
"Dan lagi, lo tuh kemarin kayak seorang pacar yang lagi cemburu terus ngelabrak pacarnya yang lagi bareng sama dengan selingkuhannya," Kata Jeka lagi seolah menyerang gadis itu yang kini terdiam dengan raut wajah campur aduk.
Nara mengumpat dalam hati, sekali lagi memikirkan pertanyaan kenapa?
Kenapa kemarin gue hampirin?
Nara berdecak kesal untuk menutupi wajah mupeng nya karena merasa di sudut kan oleh cowok itu. "Udah deh, intinya gue tuh kemarin cuman refleks lewat dan mampir, dan gue nggak ada rasa cemburu sama lo oke? So, jangan kepedean!"
Jeka terkekeh pelan, mangut-mangut walau ia tahu gadis itu terlihat bingung. Entah apa yang membuat gadis itu tadi terlihat memasang wajah bingung plus panik, hanya Nara sendiri yang tahu.