“Gak nyangka gue kalo Oliver punya sodara secantik elu,” ucap Hans.
Seusai dari kegiatan MOS tadi, Olivia dan Oliver berada di kantin bersama beberapa teman barunya, yaitu Julian, Ray, Mario, dan Hans. Awalnya, Iya, mereka berenam tergabung dalam satu kelompok MOS. Ternyata, Julian, Ray, Hans, dan Mario bersekolah di SMP yang sama. Dari mereka berenam, hanya Mario dan Oliver yang sudah memiliki pacar, sedangkan yang lainnya single.
“Ada yang liat cewe gue, gak?” tanya Mario.
“Gak liat gue,” ujar Hans, disambut dengan gelengan yang lainnya.
"Hai."
Tiba-tiba, muncul dua orang gadis yang ikut bergabung. Yang satu duduk di dekat Mario, dan satunya lagi duduk di dekat Oliver.
Mereka adalah pacar Oliver dan pacar Mario. Jujur saja, Olivia baru pertama kali melihat pacar Oliver yang ternyata sangat cantik. Maklum, Oliver dan pacarnya baru menjalin hubungan satu bulan yang lalu dan ternyata merupakan teman Oliver ketika SD dulu.
“Ke mana aja?” tanya Mario sambil merangkul perempuan yang ada di sampingnya, Elina. Karena tindakan Mario itu, Olivia memasang wajah jijik memandang Mario.
“Waduh, muntah sekebon,” ucap Olivia.
“Hai! Kenalin, nama gue Elina, hehe,” ucap Elina ketika mendengar Olivia bersuara. Elina tersenyum ramah sambil mengulurkan tangannya dan dibalas uluran tangan kembali oleh Olivia.
“Olivia.”
“Gue Sakura,” ujar gadis yang duduk di dekat Oliver dan juga turut mengulurkan tangannya ke arah Olivia dan kembali dibalas oleh Olivia.
“Olivia.”
“Macem lagunya One Direction. I live for you, I long for you, Olivia,” nyanyi Hans.
“Berisik,” ucap Ray, membuat Hans diam. Semuanya tertawa.
“Lo Sakura? Sasuke-nya mana?” tanya Olivia dengan cengengesan.
“Bukan Sakura itu, beda lagi,” kata Oliver lalu menempeleng Olivia pelan.
“JANGAN KASAR YA GUE KAKAK LO!”
“Loh, Olivia tuh kelahiran 99? Sama dong kayak Mario sama Elina,” ucap Julian.
“Iya, gue lebih tua setahun dari Oliver,” ujar Olivia lalu mengusap pelipisnya yang tadi sempat ditempeleng Oliver, “kok lo mau sih sama orang gila kayak dia?”
“Woi, kita sodaraan. Kalo gue gila, berarti lu juga gila?”
Detik berikutnya semua tertawa, kecuali Olivia yang sekarang ingin menyumpal mulut Oliver dengan pel kamar mandi agar mulut kotornya itu menjadi bersih, “ya beda, lah. Otak gue sempurna ada satu, otak lo cuma setengah.”
“Udah, ih. Sesama orang gila gak boleh berantem,” ucap Hans yang tentu saja langsung dibalas tatapan kejam dari Olivia dan Oliver.
“Nih ye, daripada berantem, mending kita mikir gimana caranya dapet kontak si NOA.” Ray pun bersuara, membuat yang lain mengangguk setuju.
“NOA?” tanya Elina bingung. Iya, Elina dan Sakura memang memiliki kelompok MOS yang berbeda dengan mereka.
“Iya, tadi kita di-MOS-in sama kakak kelas, dia bilang dia NOA. Kayaknya tuh NOA itu inisialnya dia gitu. Terus kita disuruh cari kontaknya dia gitu deh,” ucap Oliver panjang lebar, “gak jelas banget, kan?”
“Apa mau coba tanyain ke kakak pendamping MOS-ku?” tanya Sakura, yang langsung diangguki oleh semuanya. Sakura pun mengambil handphone-nya yang ada di saku rok dan mengetikan sesuatu ke kakak pendamping MOS-nya.
Sakura: Sore Kak Naura
Sakura: Aku Sakura yang tadi jadi anak bimbingannya kakak
Sakura: Aku mau nanya dong kak hehe
Naura: Iya gimana dek?
Sakura: Ini kak maaf sebelumnya menganggu, aku mau nanya kalo gak keberatan
Sakura: Kakak kelas yang inisialnya NOA siapa ya kak?
Naura: NOA?? Kakak pembina MOS juga?
Sakura: Iya kak
Sakura: Temenku disuruh ngontak orang yang inisial atau namanya NOA tapi pada bingung hehe
Naura: Ohh Nathanael Owen Adhitama kali ya?
Naura: Setauku yang namanya NOA dan kakak pembina MOS ya Nathanael Owen Adhitama, si Nathan
Naura: Temen kelasku
Naura: anak OSIS juga sama kayak aku
Sakura: Oh iya kak?
Sakura: Kalo boleh dan gak memberatkan, aku boleh minta kontaknya Kak Nathan, kak?
Naura: Boleh kokk
Naura: Waittt
Naura: Naura sent a contact
Naura: Itu ya dekk
Sakura: Wah makasih banyak kak Naura