“Dengan ini, MOS kalian sudah berakhir. Selamat menduduki Bangku SMA semuanya! Untuk kelompok yang aman, kalian boleh pulang sekarang. Untuk yang gak aman, harap kumpul sama gue dulu. Makasih!”
Ucapan dari Noa tadi sekaligus menutup kegiatan MOS Olivia, Oliver, dan lainnya. Mereka bernapas lega, senang kalau semua ini sudah berakhir.
Tentu saja setelah mendapat kabar kalau Olivia salah mengontak NOA, yang seharusnya Takada Noa tetapi malah menjadi Nathanael Owen Adhitama, teman-teman satu kelompok Olivia menertawainya, apalagi Hans. Olivia hanya bisa bersabar. Selain itu, Sakura gak ada berhentinya buat meminta maaf kepada Olivia, padahal itu bukan salah Sakura juga. Pada saat itu, Sakura memang benar-benar niat ingin membantu, cuma memang sedang apes saja.
Tapi Olivia juga lega, sih. Akhirnya kegiatan MOS-nya ini sudah selesai, membuat dirinya tidak harus melakukan hal konyol seperti yang kemarin lagi.
Sekarang seperti biasa, para gerombolan ini memilih untuk nongkrong terlebih dahulu di kantin sebelum pulang. Iya, siapa lagi kalau bukan gerombolan yang berisi Olivia, Oliver, Elina, Sakura, Mario, Hans, Ray, dan Julian.
“Ini berarti kita udah bisa ke sirkuit lagi, kan?” tanya Hans yang bisa dibilang paling merindukan sirkuit.
“Sirkuit?” Secara tidak sadar, Olivia, Oliver, dan Sakura bertanya secara bersamaan.
“Hehe, kita belum cerita kayaknya,” ujar Mario cengengesan.
“Jadi sebenernya sebelum Banguk sini pun, kita udah saling kenal dari SMP. Nah waktu kelas 3 SMP, kita bikin grup pembalap gitu, isinya ada gue, Hans, Ray, sama Julian. Gue pun pertama kali ketemu, kenalan, dan deket sama Elina dari sirkuit. Sirkuit itu udah kita anggap kayak rumah juga,” jelas Mario panjang lebar.
Oliver hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Pantas saja mereka semua terlihat sangat akrab. Mereka tidak hanya sebatas teman satu SMP, tapi juga teman satu geng pembalap.
“Kalian bertiga gabung aja kalo mau ke tim kita. Udah pernah nyoba balapan belum?” tanya Elina, yang langsung dibalas dengan gelengan oleh Olivia dan Sakura, sedangkan Oliver hanya diam. Hal ini tentu membuat Olivia mendelik ke arah Oliver.
“HEH LIV, LO UDAH PERNAH BALAPAN?!” jerit Olivia yang dibalas dengan cengengesan oleh Oliver.
“Udah,” jawab Oliver dengan cengengesan, “TENANG, MAMA TAU KOK!”
“Kok gue gak pernah tau, sih? Sejak kapan?!” tanya Olivia. Sakura dan Mario menatap ngeri Olivia. Hal ini dikarenakan Sakura merasa takut Oliver akan dipukul oleh Olivia, sedangkan Mario melihat Olivia sama seperti melihat Elina ketika memarahinya.
“Lah, lu pikir gue dulu waktu SMP pas weekend sering balik pagi ke apartemen karena apa?” Oliver balik bertanya.
“Nginep di rumah Bang Yusuf, kan?”
“Ya iya, kan nginep gara-gara habis dari sirkuit, hehe.”
“OALAH!!!” teriak Olivia lalu memukul pelan Oliver berkali-kali, “KENAPA GA NGOMONG GUE?!”
“Aduh, aduh, kan lo gak nanyaaa. Kalo mama kan nanya,” ujar Oliver yang sudah pasrah dipukuli Olivia.
“Eh, udah udah,” ujar Sakura melerai mereka. Lama kelamaan, Sakura menjadi tidak tega melihat Oliver dipukuli Olivia.
“Hmm, apa Sakura sama Olivia mau ke sirkuit duluan sama gue? Biar gue ajarin balapan sekalian, mau gak? Udah bisa nyetir semua, kan?” tanya Elina mengganti topik pembicaraan. Dengan semangat, Sakura dan Olivia pun menganggukkan kepala mereka. Mario juga tidak melarang Elina, berhubung dirinya tau kemampuan Elina di sirkuit sudah sangat jago.
“Terus yang lain nyusul nanti malem, gimana? Tapi kumpul di rumah gue dulu,” ujar Mario yang langsung diangguki oleh yang lain.
“Asyik, Olivia sama Sakura nanti bisa balapan!” seru Hans ke arah Olivia dan Sakura.
“Sok kenal,” jawab Olivia sambil memicingkan matanya ke arah Hans di ujung sana, membuat yang lain tertawa.
“Sialan,” balas Hans.
***
Olivia: BANG YUSUF