“Lo mau ikut ke rumah Mario gak hari ini?”
Olivia menggelengkan kepalanya lesu. Hari ini dirinya sangat mengantuk dan merasa tidak enak badan karena semalam ia dan Oliver baru sampai di apartemen mereka pada pukul 3 pagi. Mereka memutuskan tidak menginap di hotel dekat sirkuit karena keesokan harinya mereka berdua masih harus sekolah jam 7 pagi. Selain itu, kemarin malam Olivia tidak mengenakan jaket, padahal dia gampang sakit jika terkena angin malam.
“Gue gak ikutan, deh. Pusing kepala gue,” tolak Olivia.
Oliver yang tadinya sedang asyik menyalin catatan Sakura di samping Olivia tiba-tiba memegang kening Olivia dengan punggung tangannya, hendak mengecek suhu tubuh Olivia.
Panas.
“YAAMPUN, LO SAKIT?” jerit Oliver kaget.
“Pusing banget gue,” keluh Olivia yang kembali menelungkupkan kepalanya di meja, “ini kayaknya kemaren gue gak make jaket deh, terus pulang jam 3 pagi, kan. Jadinya kurang istirahat juga.”
“Mau pulang aja?” tawar Oliver dengan nada khawatir, “tapi lo udah makan siang, kan?”
“Udah,” balas Olivia sekenanya, “gue mau ke UKS aja, deh.”
“Gue anter ke UKS, ya?” tawar Sakura yang beradad di depan Oliver.
Olivia tidak menolak tawaran Sakura, justru dia mengangguk dan dengan begitu, Sakura langsung memapah Olivia menuju ke UKS. Untungnya, UKS tidak begitu jauh dari kelas. Sesampainya di UKS, Sakura langsung menyuruh Olivia untuk segera tidur di kasur UKS.
“Gue tinggal, ya? Bentar lagi masuk soalnya. Kalo ada apa-apa, langsung telpon gue aja atau Oliver,” ucap Sakura panjang lebar, sedangkan Olivia hanya menutup matanya lalu menganggukan kepalanya lemah.
Setelah itu, Sakura pun langsung melapor ke penjaga UKS yang ada di sana.
“Halo Kak—“
“Marshall,” ucap laki-laki yang menatap Sakura sambil tersenyum.
“Ah, iya. Halo Kak Marshall. Kak, ada temen aku yang lagi tidur di UKS, ya,” ucap Sakura, “namanya Olivia.”
“Dari kelas?”
“IPS 1, kak. 10 IPS 1.”
“Nama panjangnya?”
“Gabriella Olivia Putri,” jawab Sakura. Marshall langsung menulis keterangan sakit di bagian data Olivia. Tidak lupa juga Marshall memberikan surat keterangan sakit atas nama Olivia kepada Sakura jika sewaktu-waktu guru menanyakan keberadaan Olivia.
“Oke, nanti dicek sama Bu Catur, ya,” ucap Marshall sambil tersenyum.
“Oke kak, aku nitip Olivia, ya. Makasih kak,” kata Sakura sambil mengangguk dan meninggalkan ruang UKS karena bel masuk kelas sebentar lagi akan berbunyi.
***
Hari ini merupakan hari piket Oliver. Itu berarti, dia harus membersihkan ruang kelas dulu sebelum pulang. Selain itu, Oliver juga sudah ijin untuk tidak ikut bergabung dengan Mario dan yang lainnya sepulang sekolah nanti karena Olivia sakit. Rencananya selesai piket, Oliver baru pergi ke UKS untuk menjemput Olivia.
Beberapa menit kemudian, Oliver sudah selesai piket. Hari ini dia mendapat bagian untuk menyapu lantai kelas dan lantai tersebut sudah tersapu hingga bersih. Oliver dengan cepat langsung menaruh sapu dan bergegas mengambil tasnya dan juga tas Olivia. Tapi belum sempat dia membereskan tasnya, tiba-tiba Bu Rina meneriaki Oliver dari luar kelas.
“Oliver, kamu nyalin catetan Sakura, ya?!” teriak Bu Rina, “ibu kan udah bilang kemarin, ini tugas individu, bukan tugas kelompok!”
Oliver yang diteriaki langsung panik, “e-eh, iya bu, saya minta—“
“Ibu hukum kamu. Sekarang bersihin toilet laki-laki di lantai ini,” ucap Bu Rina tegas.
“Tapi bu—“
“Kalau kamu mau cepat pulang, lebih baik kamu cepat membersihkan toilet laki-laki. Atau kamu mau nambah sekalian bersihin toilet laki-laki lantai atas?” gertak Bu Rina.
“Tapi—“
“Segera dibersihkan ya toiletnya. Jalankan hukumanmu,” ucap Bu Rina lalu pergi meninggalkan Oliver. Oliver hanya bisa menghela napasnya. Mau tidak mau, Oliver harus membersihkan toilet dengan cepat, supaya dirinya bisa mengantar Olivia pulang ke apartemen dengan segera.
Sedangkan di tempat yang berbeda, Marshall sangat bingung. Di satu sisi, dia harus segera berganti baju dan mengunci UKS karena dia harus mengikuti ekstrakurikuler futsal yang sebentar lagi akan dimulai. Ditambah lagi, Marshall merupakan kapten futsal, sehingga dirinya tidak boleh telat. Tapi di satu sisi, masih ada satu perempuan di UKS ini, membuat dirinya tidak bisa mengunci pintu UKS begitu saja.
Di tengah kebingungannya, tiba-tiba seorang laki-laki memasuki ruangan UKS.
“Shall, lo dicari Pak Hujan tuh di lapangan,” ucap laki-laki itu, teman baik Marshall. Takada Noa.
“Duh, gimana ya? Masih ada satu orang nih di UKS,” ucap Marshall sambil menunjuk seorang perempuan, “daritadi gue nanyain dia, dia cuma bales ‘hmm hmm’ aja, terus lanjut tidur. Gue kan bingung.”
Noa kemudian melihat perempuan yang ditunjuk Marshall dan betapa kagetnya dia ketika melihat orang yang Marshall maksud adalah Olivia, perempuan yang menjadi lawannya ketika balapan semalam.
“Lah, ini mah perempuan yang di sirkuit kemarin...”
“Lo kenal Olivia anak 10 IPS 1?” tanya Marshall dengan senyum sumringah, “nah, lo anterin dia balik, gih!”
“Eh, gue cuma sekadar ketemu dia aja, kok! Gak bener-bener kenal,” ucap noa panik, “lagian gue juga gak tau rumahnya!”