"Duh..." Olivia membuka matanya lalu memegangi kepalanya. Tak lama, dia terkejut karena ada saputangan menempel di dahinya. Olivia mengambil saputangan itu, dan berusaha untuk duduk di kasurnya. Perlahan, dia melihat ada sepatu dan kaos kakinya di dekat kasurnya, serta ada baskom berisi air di meja belajarnya.
"Kok gue bisa di sini, sih?" tanya Olivia, "yang terakhir gue inget... hah..."
Selang beberapa menit, masuklah Oliver sambil membawa semangkuk sup krim jagung. Oliver kaget melihat Olivia sudah bangun.
“Liv!” serunya lalu menaruh mangkuk itu di meja, “gimana? Masih pusing? Atau badan lo ada yang sakit gitu? Biar ke rumah sakit, yuk? Mama bilang gitu tadi.”
“Gak usah ke rumah sakit, udah gak sepusing tadi kok,” jawab Olivia.
Oliver mengambil mangkuk yang ada di meja lalu menyerahkannya pada Olivia, “nih, lu makan dulu. Gue ambil minum di bawah, sekalian ambil obat.”
Setelah itu, Oliver pergi meninggalkan Olivia. Olivia masih berpikir, apakah yang mengantarkan Olivia ke apartemen adalah Oliver atau bukan.
Kalau bukan Oliver, lantas siapa?
“Kayaknya sih, bukan Oliver. Terus siapa?” tanya Olivia berusha mengingat kejadian tadi, “gue cuma inget kalo gue digendong sama laki-laki, tapi siapa?”
Tak lama kemudian, Oliver membuka pintu kamar Olivia lagi sambil membawa segelas air putih dan obat demam, lalu menaruhnya di atas meja belajar Olivia. Oliver pun duduk di kursi yang ada di kamar Olivia, menemani Olivia makan. Oliver bahkan belum sempat mengganti seragamnya.
“Udahlah, lu kalo sakit dan udah merasa gak enak badan, gak usah maksain berangkat sekolah,” ujar Oliver lalu melihat Olivia mulai menyendokkan sup krim jagung ke mulutnya.
“Liv,” ujar Olivia, membuat Oliver mengangkat alisnya, “tadi lo yang nganterin gue ke sini, kan?”
“Bukan,” jawab Oliver lalu seketika ekspresi wajahnya berubah, “yang nganter lo si Noa.”
“H-hah? Siapa???” tanya Olivia membulatkan matanya dengan sempurna, “Noa? Takada Noa? Kakel yang nyebelin itu?!”
“Iya,” balas Oliver singkat, “sorry ya, malah bukan gue yang nganterin lo.”
“Bukan gitu!” seru Olivia masih dalam mode panik, “berarti dia dong, yang gendong gue sampe sini?!”
***
Olivia: Malem kak
Olivia: Makasih ya kak udah nganterin gue balik...
Read.
“DUH HARUSNYA GUE GAK USAH BILANG MAKASIH!” seru Olivia,menyesal telah melakukan hal tersebut. Apalagi setelah melihat kalau chat-nya hanya dibaca oleh Noa.
***
Hans Bau Ketek (8)
Mario: cuy
Mario: Jason ngajak tanding lagi, berani gak?
Ray: Jason doang atau satu timnya?
Mario: Jason doang
Mario: Dia nge-pc gue soalnya, gak ngomong di grup forkom balap
Elina: Yah gue kira lawan yang lain
Elina: Mo liat Ezra, ganteng
Mario: LO CEWE GUE ELINAAA
Elina: WKWKWKWKWKWKWKW
Sakura: Elina nih emang
Sakura: Jelas jelas gantengan Samuel
Oliver: ^-^
Sakura: WKWKWKWKWKWKWK
Elina: SAMA AJA WKWKWKWKWKWKWK
Olivia: Skip
Oliver: ^-^
Olivia: GUE MASIH SAKIT OLIVER lo jangan ngadi ngadi ye
Hans: Hah ada apa nihhh
Julian: Apa nihh
Olivia: Diemin aja Oliver gila
Oliver: Ohhh gituuu, bukannya lo yang gila yaa^-^
"OLIVER LO DIAM!" ujar Olivia di dapur, sedangkan Oliver duduk di sofa sambil tertawa terbahak-bahak.
Sekarang Olivia sedang menyiapkan makan malam, dan Oliver sedang menunggu makan malam sambil menonton televisi. Tapi tiba-tiba, grup mereka mulai ramai membahas mengenai balapan yang diadakan Jason.
Entah kenapa, semenjak kejadian Noa mengantarnya ke apartemen, Olivia menjadi malas bertemu dengan Noa ataupun gerombolannya. Olivia masih malu memikirkan dirinya digendong oleh orang yang selama ini dia kira tidak memiliki hati.
"Ah, taunya demen lo," ucap Oliver masih tertawa, "karma gak sih?"