Keesokan harinya, Olivia kaget karena tiba-tiba Hans cerita soal kejadian kemarin. Kagetnya lagi, Hans tiba-tiba mau cerita soal Sashi, padahal kemaren-kemaren ogah.
“Duh merasa bersalah deh gue,” ucap Hans, “padahal maksud gue gak gitu.”
“Ya lagian, terus setelah lo kayak gitu, lo ngarep si Sashi bakal bilang I love you gitu ke elu? Mimpi aje,” ucap Olivia. Lagi jam istirahat dan Olivia yang tadinya mau ke luar kelas karena mau ke perpus buat nemenin Nathan malah ditahan sama Hans kayak gini.
“Eh tapi setau gue si Sashi barusan nolak si bule.”
“Bule?”
“Sean, Sean anak IPA 1 maksud gue,” ucap Olivia.
“Lagian nama orang diganti-ganti,” ucap Hans, padahal dalam hati dia langsung minder. Yang seganteng Sean aja ditolak sama Sashi, gimana yang model kayak Hans gini...
“Alasannya ditolak emang apa?” lanjut Hans. Paham gak sih Hans sebenarnya gak mau bahas soal ini tapi Hans juga penasaran.
“Gak tau sih. Katanya Sakura sih anaknya waktu ditolak kan diledekin tuh ya, terus dia cuma bisa cengar-cengir."
“Siapa yang cengar-cengir?”
“Ya Seanl lah, masa gue?” Olivia bingung.
Hans lagi mikir keras sampe suara seseorang bikin dia jantungan.
“HANS ADUH!” keluh seseorang yang ternyata si Olivia.
“Kenapa lagi?!” tanya Hans.
Ceritanya Olivia ini ngobrol sambil sibuk mainin kuku. Karena ga hati-hati, malah berujung berdarah.
“Tolong cabutin sakit banget!” teriak Olivia.
Hans pun langsung meraih tangan Olivia dan menarik kuku yang ada di jempolnya.
“Satu... tiga!”