Entah keberapa kali aku berdiri di tempat yang sama sambil menunduk seolah-olah aku merasa bersalah padahal nyatanya aku sedang menahan untuk tidak tertawa.
Aku heran guru BK dihadapanku ini selalu mengocehi hal yang sama, membuat kupingku panas rasanya.
Ya, aku kembali berulah. Menaruh permen karet diatas kursi guru matematika yang mengajar dikelasku hari ini.
Ketika ditanya, alasanku akan tetap sama, aku senang melakukannya. Tapi bukan itu alasan utamanya, bukan juga karena guru BK yang terus mengoceh.
“Nay, tolong bawa Ray kembali kekelas. Saya pusing melihatnya”
Tapi karena Naya, si ketua OSIS yang sok tegas itu. Aku menyukainya? Mungkin bisa dibilang begitu, tapi aku sedikit pengecut jika berurusan dengannya.
Dan Naya segara menarik tanganku keluar dari ruang BK sebelum aku membalas perkataan guru tadi. Mungkin aku akan kembali membuat masalah pikirnya.
“Kamu manis hari ini”
Aku hanya terkekeh ketika Naya memutar bola matanya malas.
“Nay, kamu tau—”
“Diam atau aku lempar kamu kebawah sana”