Youra berdiri di depan ruangan bosnya. Tadi seseorang memberitahunya kalau ia dipanggil keruangan Zeha. Namun, bukan itu yang membuat ia ragu ke dalam. Sekarang bosnya yang baru sudah resmi menjabat di sini.
Youra memutar knop pintu, belum terbuka seseorang menepuk pundaknya.
"Soo Min," kata Hira bernapas lega, ia kira bos barunya.
"Kau dipanggil oleh bos singa."
"Aku juga dipanggil oleh bos baru. Bagaimana ini?"
"Ke bos singa saja," ucap Soo Min mengusulkan saran.
Youra mengangguk. Akan lebih baik menemui bos singa. Ia, kan sudah tahu seluk-beluk bos lamanya itu.
Youra berjalan menuju taman belakang kantor. Tempat di mana bos singanya itu berada.
Dari kejauhan Youra sudah melihat bosnya itu. Duduk dengan gagah bersama laptop kesayangan nya itu.
"Permisi," ucap Youra sopan.
"Duduk."
Youra segera duduk tanpa mengatakan apa pun lagi. Tangannya saling bertaut, sudah lebih dari lima menit ia tidak diajak bicara. Kalau digunakan untuk bekerja maka waktu yang terbuang tidak akan sia-sia.
Zeha menutup laptopnya, memandang Youra secara saksama. Ketika dunia seakan menjauh namun takdir yang mendekatkan.
"Saya hanya ingin melihatmu sebentar sebelum saya pergi."
Youra mendengus. "Maaf, Pak. Saya rasa hal yang seperti ini tidak pantas. Saya masih mempunyai tanggungan tugas, maka untuk itu saya pamit undur diri."
Zeha tertawa. "Memangnya sesibuk apa kamu?"
"Saya masih ada deadline dan sekarang bos baru saya memanggil, sebagai karyawan yang baik maka saya harus menghadap."
"Bos baru? Perlu saya ingatkan. Saya ini masih berstatus bos kamu. Saya belum serah terima jabatan, jadi saya masih bos kamu."
Awalnya, Youra kagum dengan Zeha ketika pertama kali datang ke kantor pusat. Sifat yang tegas dan cerdas membuatnya terpesona. Pria itu selalu memutuskan sesuatu tanpa ragu-ragu dan tepat sasaran. Semua layaknya sudah tersetting agar perjalanan karir Zeha lancar. Itu awalnya, sebelum sifat yang lain datang. Bisa dilihat bagaimana sifat Zeha memperlakukan Youra seenaknya.
"Jangan sering marah. Saya pernah baca artikel kalau sering marah maka keriput kian bertambah," ucap bosnya dengan nada menyindir.
"Maksud bapak saya keriput?" sergah Youra.
Zeha terkekeh. Sungguh menjahili seorang Youra adalah hobi barunya. Ia harus memanfaatkan waktu sebelum masa jabatannya berakhir.
"Saya tidak mengatakan kalau kamu keriput. Saya hanya memberitahu kamu mengenai artikel yang saya baca."