Tanggal 29 Agustus. Hari yang seharusnya istimewa bagi Hadi.
Tapi pagi itu, tak ada yang berbeda. Tak ada ucapan, tak ada kue, tak ada senyum yang dilempar padanya. Hadi bangun seperti biasa, mandi seperti biasa, dan berangkat seperti biasa. Hanya anak-anak dan istrinya yang mengucapkan selamat ulang tahun dan memberinya hadiah kecil-kecilan.
Di sekolah, Hadi mengajar kelas 8D. Bukan kelas yang biasa ia tangani, tapi hari itu ada jadwal pengganti karena guru olahraga satunya sedang sakit.
“Anak-anak, hari ini kita akan latihan lari jarak pendek. Di lapangan depan, ya,” ujar Hadi sambil membawa stopwatch dan peluit.
Murid-murid mengangguk seadanya. Tak ada yang bertanya, tak ada yang menyapa. Hadi berjalan menuju lapangan, diikuti langkah malas dari anak-anak kelas 8D.
Di ruang guru, Siti sempat menyebutkan pada beberapa muridnya, “Eh, hari ini Pak Hadi ulang tahun, lho. Coba kalian ucapin nanti, ya.”