Even They Can Cry

Kiara Hanifa Anindya
Chapter #10

Aku Hanya Tidak Ingin Mereka Salah Paham

Hadi tiba di sekolah dengan langkah pelan. Tidak seperti biasanya, ia tidak langsung menuju ruang guru. Ia berdiri sejenak di depan gerbang, menatap bangunan lantai dua yang kini dipasangi garis kuning. Sontak bayangan tubuh siswi yang jatuh masih terpatri jelas di benaknya. Ia takut kejadian yang sama akan menimpa dirinya.

Ia cepat-cepat menyingkirkan pikiran buruk itu. Menarik napas panjang, lalu berjalan masuk.

Di lorong, suasana terasa berbeda. Murid-murid tidak lagi berlarian seperti biasa. Mereka berjalan pelan, sebagian menunduk, sebagian menatap Hadi dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada yang sekilas tersenyum, tapi lebih banyak yang hanya diam.

Hadi melangkah menuju ruang guru. Di tengah jalan, ia mendengar bisik-bisik dari dua murid yang duduk di bangku dekat tangga.

“Katanya Pak Hadi yang nyuruh anak itu duduk di pagar…”

“Serius? Kok, bisa?”

“Nggak tahu. Tapi kemarin ada yang bilang gitu di kelas.”

Hadi berhenti sejenak. Ia tidak menoleh, hanya menatap lantai. Lalu, melanjutkan langkahnya.

Di ruang guru, suasana lebih tenang. Siti sedang mengetik di laptop, Yahya membaca koran, dan beberapa guru lain sibuk dengan berkas. Hadi duduk di kursi pojok, membuka laptop, tapi pikirannya tidak bisa fokus.

Ia membuka grup WhatsApp guru. Tidak ada pembahasan soal insiden. Hanya pesan dari kepala sekolah yang mengingatkan agar semua guru “menjaga suasana tetap kondusif.”

Hadi menutup layar. Ia tahu, suasana tidak akan kondusif kalau bisik-bisik itu terus menyebar.

***

Jam pertama, Hadi mengajar kelas 9G. Biasanya kelas ini ramai, penuh tawa dan semangat. Tapi hari itu, suasananya berbeda. Anak-anak duduk tenang, tapi bukan karena fokus. Mereka seperti menahan sesuatu.

Saat Hadi menjelaskan tentang teknik dasar passing bola voli, beberapa anak saling menatap. Ada yang berbisik, ada yang menahan senyum.

Hadi mencoba tetap profesional. Ia menjelaskan, memberi contoh, lalu membagi kelompok untuk praktek. Tapi saat ia mendekati satu kelompok, ia mendengar suara lirih.

Lihat selengkapnya