Hadi duduk di ruang tamu rumahnya, menatap meja kecil yang penuh dengan kertas. Beberapa amplop, beberapa catatan, dan satu brosur dari sekolah anak sulungnya. Ia tidak membaca satu pun. Ia hanya menatap.
Di luar, suara anak-anak tetangga bermain bola. Tawa mereka terdengar jelas. Tapi di dalam rumah, suasana terasa sunyi.
Istrinya datang membawa teh hangat. “Pa… belum makan malam?”
Hadi menggeleng. “Nanti aja.”
Ia mengambil brosur sekolah itu. Di sana tertulis jadwal kegiatan dan daftar perlengkapan yang harus dibeli. Ia tahu, anak sulungnya sudah tidak sabar masuk SMP. Tapi di kepalanya, ada pertanyaan yang tidak bisa ia jawab: Apa aku bisa memenuhi semuanya?
Di kamar, sang sulung sedang belajar. Buku-buku terbuka, pensil berserakan. Hadi berdiri di pintu, memperhatikan diam-diam.