Even They Can Cry

Kiara Hanifa Anindya
Chapter #16

Segaduh Ini Rupanya (Yahya)

Yahya berjalan pelan menuju kelas 9H. Ia membawa setumpuk buku bersampul motif batik, dan juga tasnya. Seperti biasa, ia akan mengajar.

Langkahnya terhenti begitu sampai di depan pintu kelas 9H. Dalam hati, ia terkejut karena sampah-sampah banyak berserakan di lantai. Debu pun bersembunyi di sudut-sudut jendela. Lebih terkejutnya lagi, para siswa berbaring di lantai—seolah-olah hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka.

Astagfirullah, Nak…” ucapnya sambil melangkah pelan memasuki kelas. Ia berusaha tak menimbulkan suara sekecil apa pun. Dengan hati-hati, diletakkannya buku-buku di atas meja guru.

Tak satu pun siswa yang duduk dan terjaga di sana. Semua tampak berbaring, memejamkan mata. Ada yang tiduran di atas meja. Ada pula yang menjadikan tas sebagai bantal. Tak ada yang membuka mata sama sekali.

“Serius ini tidur semua?” Yahya menghampiri salah satu murid. Menepuk-nepuk bahunya. “Nak, bangun. Waktunya pelajaran.”

Murid itu mengejap-ngejapkan mata, dan menguap pelan. Namun, ia terkejut melihat sosok guru di sebelahnya. Buru-buru ia mengusap muka, dan berdiri tegak.

“Maaf, Pak, saya tadi… ketiduran!” katanya.

Yahya hanya tersenyum. Ia tahu, acara tidur-tiduran ini sudah terencana sejak awal, bahkan sebelum kedatangannya. Tak heran murid itu begitu panik saat bangun dan melihat guru di sampingnya.

“Hoi, bangun kabeh!” teriaknya pada teman-temannya yang masih terlelap.

Seketika semua membuka mata. Beberapa masih bersusah-payah mengumpulkan nyawa. Yahya kembali ke kursi guru, menyiapkan peralatan mengajarnya.

“Kok, bisa kalian tidur semua? Ngantuk, ya?” Yahya tersenyum melihat murid-murid yang sibuk menata meja dan bangku.

“Iya, Pak, soalnya jamkos terus,” balas salah satu murid perempuan.

“Jamkos?” ulang Yahya. “Sebelum saya, pelajarannya siapa?”

“Pak Rendra. Gurunya nggak masuk.”

“Terus sebelum Pak Rendra?”

Lihat selengkapnya