Even They Can Cry

Kiara Hanifa Anindya
Chapter #21

Aku Akan Tetap Berusaha (Zea)

Zea duduk di pojok perpustakaan, dikelilingi kertas-kertas penuh coretan. Ia masih pusing dengan puisinya sendiri. Padahal ia pikir, membuat puisi semacam ini sangat mudah. Ternyata butuh kesabaran dan logika.

“Kalimat ini terlalu… biasa,” gumamnya. “Harusnya lebih jujur, lebih... menusuk.”

HP-nya bergetar. Notifikasi grup kelas muncul.

[Kelompok IPS]

Dika: Zea, jadi kerja kelompok jam 3 di rumah Rani, ya. Jangan lupa bawa print-print-an tugas.

Zea melirik jam. Sudah pukul 14.45. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu kembali menatap layar.

“Kalimat ini belum pas,” bisiknya. “Masih terlalu biasa.”

Ia mengetik ulang bait ketiga. Lalu keempat. Lalu kembali ke awal. Waktu berjalan, tapi Zea tidak bergerak dari tempatnya.

Keesokan harinya, di kelas, suasana terasa berbeda. Saat Zea masuk, tidak ada yang menyapanya. Biasanya, Rani akan melambai. Tapi kali ini, hanya menatap sebentar lalu kembali menunduk ke HP-nya.

Zea duduk di bangkunya. “Rani, maaf, ya, kemarin aku nggak sempat ke rumahmu. Aku lagi ngerjain—”

“Udah, nggak apa-apa,” potong Rani cepat. “Tugasnya udah kelar, kok.”

Zea terdiam. “Aku bisa bantu revisi, atau—”

“Udah dikumpulin tadi pagi,” jawab Rani tanpa menoleh.

Zea menunduk. Kembali ke bangkunya.

***

Di kantin, Zea duduk sendirian. Biasanya, meja itu penuh. Tapi hari ini, hanya ada satu nampan di depannya. Ia menatap nasi gorengnya, tapi tak berselera.

“Boleh duduk?” Suara lembut menyapanya.

Lihat selengkapnya