Even They Can Cry

Kiara Hanifa Anindya
Chapter #23

Perlu Revisi (Zea)

Zea duduk di ruang kelas, sendirian. Di depannya, lembaran puisi berbahasa Inggris tergeletak rapi. Sudah dicetak, sudah diedit, sudah dibaca puluhan kali. Tapi belum ada satu pun yang tahu.

Ia menatapnya lama. Lalu melipat pelan, memasukkannya ke dalam map bening, dan menyelipkannya ke tas.

Di luar, suara anak-anak terdengar riuh. Ada yang sibuk main bola, ada yang tertawa keras-keras di koridor. Tapi tak ada yang melihat kesibukan Zea. Tak ada yang peduli. Sama sekali.

***

Malam itu, Zea duduk di ruang tamu. Ayahnya sedang membaca koran, duduk santai di sofa.

“Yah,” kata Zea pelan.

Ayah menoleh. “Hmm?”

“Kalau Ayah punya sesuatu yang penting, tapi Ayah takut ngasih tahu orang lain, Ayah bakal gimana?”

Ayah tersenyum kecil. “Takutnya kenapa?”

“Takut nggak didengar. Takut dianggap aneh. Takut... nggak ada yang peduli.”

Ayah meletakkan korannya. “Kalau itu penting buat kamu, kamu harus tetap ngomong. Meski cuma satu orang yang dengar.”

Zea diam. Lalu mengangguk pelan.

“Terus, kamu mau ngomong ke siapa?” tanya Ayah.

Zea tersenyum tipis. “Belum tahu. Tapi aku lagi nyiapin sesuatu.”

Lihat selengkapnya