Zea duduk di pojok kelas, sibuk menyalin materi dari buku yang dipinjamnya dari teman. Ia harus menyalin materi yang begitu banyak untuk mengejar ketertinggalannya setelah mengikuti lomba kemarin.
Tiba-tiba, Rani datang dan duduk di sebelahnya.
“Eh, lomba dance kemarin, menang, nggak?” tanyanya santai.
Zea berhenti menulis. “Enggak,” jawabnya pelan. “Aku salah gerakan di bagian akhir.”
Rani mengangkat alis. “Makanya, kamu itu fokus waktu latihan. Nggak usah mikirin yang lain. Jadinya kalah, deh!”
Zea terdiam. Kata-kata itu masuk seperti tusukan. Ia tidak membalas. Hanya menunduk dan kembali menulis, meski huruf-hurufnya mulai berantakan.
Rani sudah pergi. Tapi kalimatnya masih menancap di hati Zea.