Kantin siang itu ramai. Suara sendok bertemu piring, tawa anak-anak, dan aroma mie goreng bercampur es teh manis memenuhi udara. Di pojok dekat jendela, Zea dan Ayu duduk berhadapan, masing-masing sibuk dengan piring mereka.
“Makan dulu, sebelum dunia meledak,” kata Ayu sambil menyuap nasi goreng.
Zea tertawa. “Dunia meledak apaan? Besok cuma bacain puisi, bukan kiamat.”
Ayu menunjuk Zea dengan sendok. “Buat kamu, sih, bukan kiamat. Tapi buat aku yang disuruh rekam, itu udah kayak ujian nasional.”
Zea mengangkat alis. “Kamu tinggal pencet tombol, Yu.”
“Pencet tombol sambil deg-degan, itu beda cerita,” balas Ayu.
Mereka tertawa lagi. Suasana santai, seperti biasa.
Tiba-tiba Ayu bertanya, “Kamu udah siap buat besok, Zea?”